June 2015 - Syarif Miftahudin's Blog

Sunday, June 21, 2015

Cerpen Beserta Analisis : Ketika Besar Nanti Aku Ingin Menjadi Seperti Ayah
5:45:00 AM0 Comments
Orangtuaku adalah orang yang terhormat di kampung, Ayah seorang kepala desa, dan Ibu memiliki kios di depan rumah. Orang-orang sering mendatangi Ayah untuk membicarakan sesuatu. Sering kulihat mereka selalu pulang dengan memberikan uang pada Ayah sebagai tanda terimakasih. Kios kami, yang dijaga oleh Ibu, tak pernah sepi dari pembeli, karena letaknya tepat di pinggir jalan raya. Paling tidak, orang singgah untuk mengisi bensin.

Di belakang rumah kami membentang sebuah sungai, entah di mana ujungnya. Sungai itu tidak terlalu besar, tapi orangtuaku selalu melarangku berenang. Kata mereka, di sana ada buaya. Aku pun tak bisa berenang saat masih kecil. Orangtuaku juga tidak pernah mengizinkan aku main sepak bola. Kata mereka, itu akan membuatku sakit. Tapi yang lebih membuatku jengkel adalah aku tidak pernah dibelikan mainan. Mereka selalu beralasan tidak punya uang. Maka mainan yang aku punya hanyalah sebuah radio rusak yang kutemukan di gudang serta bola kasti yang hanyut di sungai dan tersangkut di antara rerumputan.

Saat mulai sekolah, pelajaran pertama ialah tentang cita-cita. Kata Bu Suratmi, setiap orang harus punya cita-cita. Lalu ia meminta kami masing-masing menyebutkan cita-cita kami. Ketika sampai pada giliranku, aku bingung. Aku tidak tahu apa cita-citaku.

Bisa saja sebenarnya aku meniru jawaban Yudi, ingin jadi pilot. Toh jawabannya itu juga meniru jawaban Ihin. Tapi itu artinya aku berbohong, karena aku tidak ingin jadi pilot. Terlalu repot. Atau meniru jawaban Marsini, cita-citanya ingin jadi guru. Tapi kalau kujawab seperti itu aku juga berbohong, sebab aku juga tidak ingin jadi guru. Guru tidak pernah ada yang kaya. Jawaban Arifin sebenarnya cukup keren, jadi dokter. Katanya, biar bisa menolong orang. Tapi aku juga harus berbohong kalau kujawab seperti itu karena aku tidak ingin jadi dokter. Dokter pasti harus selalu melihat darah, sedangkan aku takut darah. Kalau Jumanto, katanya ia ingin jadi nelayan supaya setiap hari bisa melihat laut. Kampung kami memang jauh dari laut, dan di sini tentu tidak ada yang jadi nelayan. Tapi setahuku nelayan juga tidak ada yang kaya. Kalaupun aku harus berbohong, aku tidak akan meniru Jumanto.

Tapi aku tidak akan berbohong walau bagaimanapun, karena kata Ayah kita tidak boleh berbohong. Aku bertanya pada Ayah kenapa kita tidak boleh berbohong, Ayah hanya bilang pokoknya kita tidak boleh berbohong. Ibu yang kemudian memberi penjelasan, kata Ibu berbohong itu tidak baik, dan yang tidak baik itu akan membuat kita nanti masuk neraka. Jadi aku lebih baik menjawab tidak tahu karena aku memang belum tahu apa cita-citaku daripada nanti aku masuk neraka. Aku pernah membaca buku tentang siksa neraka. Ah tidak, maksudku melihat-lihat gambarnya. Nah, di gambarnya itu neraka sangat mengerikan. Ada yang ditusuk dari kepala sampai pantat, ada yang dibakar, ada yang diadu, dan kalau yang berbohong itu lidahnya ditarik panjang-panjang lalu dipotong, tumbuh lagi, dipotong lagi. Benar-benar mengerikan.

Tapi karena aku sekolah, sedikit demi sedikit akhirnya aku mengetahui bahwa orangtuaku sering membohongiku. Dengan sekolah, aku tahu kalau main bola ternyata justru membuat tubuh bugar, demikian kata Pak Ali, guru olahraga di sekolah.

Aku juga tahu kalau ternyata di sungai tidak ada buaya. Aku tahu ketika pulang sekolah aku diajak teman-temanku berenang di sungai. Jelas aku menolak.
“Nanti dimakan buaya,” kataku.
Mereka langsung menertawakanku. “Di sungai sini mana ada buaya!”
Aku tetap ngotot. Seperti kata Ayah, di sungai ada buaya. Tanpa diduga, mereka mendorongku sangat kuat hingga aku tercebur ke sungai. Awalnya aku panik, karena aku belum bisa berenang. Beruntung masih di pinggir sehingga tidak dalam. Saat teman-temanku ikut menceburkan dirinya aku jadi tenang. Ternyata, di sungai memang tak ada buaya!
Kutebak, orangtuaku dulu melarang aku berenang di sungai dan bermain bola karena tidak mau repot menjagaku. Untungnya aku sekarang sudah sekolah, yang artinya aku sudah besar, jadi orangtuaku tidak perlu lagi memikirkan bagaimana menjagaku.

Aku juga tahu mereka sebenarnya punya banyak uang, tapi terlalu pelit untuk membelikanku mainan (aku kenal istilah pelit itu dari Bu Dewi, guru agama). Tapi aku diam saja. Ayah akan langsung marah kalau aku teriak-teriak atau menangis. Atau melakukan apa saja yang tidak disenanginya.
Tapi Ayah dan Ibu tetap saja suka membohongiku. Ibu mengatakan baju yang ia belikan adalah baju paling bagus, tapi sebenarnya baju itu sangat jelek, seperti baju orang tua. Ayah mengatakan tidak bisa mengantarku ke pantai, karena katanya ia sibuk, padahal ia seharian hanya bermain-main dengan ayam-ayam peliharaannya. Kebohongan mereka sangat kelihatan.

Karena aku sekolah, maka aku semakin pintar, setidaknya dalam hal berhitung. Aku lebih sering mengamati Ibu dan Ayah. Aku menguping pembicaraan Ayah dengan para tamunya, atau pembicaraannya lewat ponsel. Saat itu ada orang datang dari kota menanyakan soal tanah. Tanah itu bukan milik Ayah, tapi telah dititipkan pemiliknya kepada Ayah jika ada yang ingin membeli. Kepada orang kota tadi Ayah mengatakan harganya lima puluh juta. Orang kota tadi menawarkan empat puluh lima juta. Ayah berjanji akan membicarakan hal itu pada pemiliknya, kemudian mereka saling bertukar nomor ponsel sebelum orang kota itu pamit. Saat orang tadi pulang ke kota, Ayah menelepon seseorang, dan mengatakan bahwa ada yang menawar tanah dengan harga empat puluh juta.

Aku sering juga menyimak pembicaraan Ibu lewat para pembeli kios. Ibu bercerita pada para pembelinya kalau aku dan Ayah lahap sekali makan jika dengan sambal cap burung pipit. Bahkan kata Ibu, kami pernah tidak makan dengan lauk, hanya dengan sambal cap burung pipit. Kami makan dua piring, cerita Ibu. Padahal, aku dan Ayah tidak ada yang suka dengan sambal itu. Cuma Ibu yang nafsu makannya bertambah dengan sambal itu. Para pembeli itu tanpa pikir panjang langsung membeli sambal cap burung pipit.

Kupikir, Ibu dan Ayah sebenarnya adalah pembohong hebat. Dari mereka, aku juga menyadari bahwa berbohong itu menguntungkan. Aku memulai kebohonganku pada teman-temanku, aku berhasil. Dan selanjutnya pun selalu berhasil. Erma mengembalikan buku yang baru satu hari ia pinjam di perpustakaan sekolah karena kukatakan penjaga perpustakaan mencari buku itu, padahal karena aku ingin membacanya juga. Despi membuang permen lolipop yang baru ia beli sebelum sempat membuka plastiknya karena kuberitahu kalau permen itu mengandung ganja. Pak Pardi yang memberitahuku, kataku agar ia percaya. Despi langsung percaya. Permen yang ia buang itu kuambil, kataku supaya tidak ada yang memakannya. Permen itu akan kuserahkan pada ayahku yang kepala desa, tambahku. Pulang sekolah, permen itu kumakan.

Setelah banyak temanku berhasil kukelabui, barulah aku berani berbohong pada orangtuaku. Pada Ibu aku minta uang jajanku dilebihkan untuk beli buku gambar. Uang itu kubelikan snack. Saat pulang, Ibu menanyaiku mana buku gambarnya, dengan wajah murung kujawab uang itu tercecer. Ibu memarahiku karena aku tidak hati-hati, tapi itu tak apa. Yang penting Ibu percaya dengan ceritaku. Aku tidak berani minta apa-apa pada Ayah, nanti ia marah. Aku cuma membohonginya ketika aku pulang sore, kujelaskan bahwa ada kerja kelompok. Ayah percaya. Aku sebenarnya bermain domino seharian di rumah temanku.

Kemampuan berbohongku terus kuasah. Aku terus menggali ide-ide baru untuk kebohongan. Aku juga mempersiapkan kebohongan-kebohongan untuk situasi tertentu. Tapi ada saatnya ketika aku lupa mengerjakan PR karena seharian memanjat pohon rambutan dan aku tidak punya kebohongan yang dipersiapkan. PR itu berupa tugas mengarang. Teman-temanku mengumpulkan buku PR mereka ke meja guru. Pada jam istirahat Bu Sarniah memanggilku ke ruang guru. Ia menanyakan mana tugasku.

Aku tidak akan mengatakan bahwa tugasku tertinggal di rumah. Itu akan membuatnya menyuruhku pulang ke rumah sebentar untuk mengambil tugas itu. Lalu dengan spontan aku mulai bercerita. Kuceritakan, kemarin sore tugas itu sudah selesai kukerjakan. Aku ingin minta komentar tentang karanganku itu pada Ayah dan Ibu, tapi mereka sama-sama sibuk. Lalu aku pun bersepeda, membawa buku PR-ku ke rumah Kak Wahyu di seberang sungai. Kak Wahyu anak kuliahan, pasti ia bisa memberiku masukan supaya karanganku jadi lebih bagus. Karena sudah terlalu sore, aku bersepeda dengan kencang. Saat menyeberangi jembatan, tiba-tiba ada kucing di hadapanku. Aku langsung mengerem. Sepedaku berhenti mendadak, aku terpelanting. Beruntung aku tidak jatuh ke sungai dan hanya mengalami sedikit lecek. Kuperlihatkan luka lecek di tumit dan sikuku karena jatuh dari pohon rambutan. Lalu cerita kulanjutkan. Aku langsung bangkit dan mencari buku PR yang tadi terlepas ketika aku terpelanting. Ternyata buku itu kulihat jatuh ke sungai. Buku itu hanyut dan tak mungkin lagi kuselamatkan. Begitulah ceritanya, Bu, kataku.

Bu Sarniah terdiam, setelah cukup lama ia kemudian bertanya kenapa tidak kamu kerjakan lagi saja malam harinya.
Kujelaskan kalau setiap malam aku ke surau untuk mengaji, dan biasanya langsung tertidur sepulang dari surau karena kelelahan. Sebelum Bu Sarniah bertanya lagi kenapa tidak pagi tadi saja kukerjakan sebelum berangkat sekolah, kujelaskan lagi bahwa pagi pun aku tidak bisa mengerjakan PR karena harus membantu Ibu menyapu rumah dan mencuci piring.

Ketika aku selesai bercerita Bu Sarniah kembali terdiam seperti tengah berpikir. “Kamu pengarang yang hebat,” katanya akhirnya. Aku tidak paham betul apa maksudnya pujian itu. Aku hanya bisa berbaik sangka bahwa Bu Sarniah tetap memberikanku nilai. Ia lalu mempersilakanku keluar.
Esoknya, Bu Sarniah memintaku ikut lomba mengarang antar SD se-kecamatan. Aku menang. Tentu saja, karena aku menjiplaknya dari karya pengarang hebat yang aku yakin para panitia belum pernah membacanya. Aku dapat banyak hadiah atas juara satu itu.

Saat kelas enam, di hari terakhir kami sekolah sebelum ujian, wali kelas kami, Pak Pardi membicarakan soal cita-cita. Aku jadi ingat ketika kelas satu dulu, di hari pertama sekolah, wali kelas kami yang waktu itu adalah Bu Suratmi juga membicarakan soal cita-cita. Seperti Bu Suratmi dulu, Pak Pardi juga meminta kami masing-masing menyebutkan cita-cita kami. Tapi tidak seperti dulu, kali ini aku sudah punya jawaban yang pasti. Ketika tiba giliranku, dengan mantap kukatakan: ketika besar nanti, aku ingin menjadi seperti Ayah.

Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.

Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan.
Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat.

Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya.

Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik balik. Namun, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk seni manapun, ciri khas dari sebuah cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya. Cerpen mempunyai 2 unsur yaitu:

Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur–unsur intrinsik cerpen mencakup:

Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumber cerita.

Latar(setting) adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta keadaan ketika cerita berlangsung.

Alur (plot) adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuah cerita.
Alur dibagi menjadi 3 yaitu:
Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.
Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur (flashback).
Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.
Alur meliputi beberapa tahap:

Pengantar: bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yang merupakan awal cerita.

Penampilan masalah: bagian yang menceritakan masalah yang dihadapi pelaku cerita.

Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat, konflik telah memuncak.
Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur–angsur dapat diatasi dan kekhawatiran mulai hilang.
Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.
Perwatakan
Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tiga segi yaitu melalui:
Dialog tokoh
Penjelasan tokoh
Penggambaran fisik tokoh
Tokoh
tokoh adalah orang orang yang diceritakan dalam cerita dan banyak mengambil peran dalam cerita. tokoh dibag menjadi 3, yaitu:
Tokoh Protagonis : tokoh utama pada cerita
Tokoh Antagonis : tokoh penentang atau lawan dari tokoh utama
Tokoh Tritagonis : penengah dari tokoh utama dan tokoh lawan

Nilai (amanat) adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang melalui cerita.
Unsur Ekstrinsik[sunting | sunting sumber]
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik meliputi:
Nilai-nilai dalam cerita (agama, budaya, politik, ekonomi)
Latar belakang kehidupan pengarang
Situasi sosial ketika cerita itu diciptakan
Ukuran
Menetapkan apa yang memisahkan cerita pendek dari format fiksi lainnya yang lebih panjang adalah sesuatu yang problematik. Sebuah definisi klasik dari cerita pendek ialah bahwa ia harus dapat dibaca dalam waktu sekali duduk (hal ini terutama sekali diajukan dalam esai Edgar Allan Poe "The Philosophy of Composition" pada 1846). Definisi-definisi lainnya menyebutkan batas panjang fiksi dari jumlah kata-katanya, yaitu 7.500 kata. Dalam penggunaan kontemporer, istilah cerita pendek umumnya merujuk kepada karya fiksi yang panjangnya tidak lebih dari 20.000 kata dan tidak kurang dari 1.000 kata.

Cerita yang pendeknya kurang dari 1.000 kata tergolong pada genre fiksi kilat (flash fiction). Fiksi yang melampuai batas maksimum parameter cerita pendek digolongkan ke dalam novelette, novella, atau novel.

Genre

Cerita pendek pada umumnya adalah suatu bentuk karangan fiksi, dan yang paling banyak diterbitkan adalah fiksi seperti fiksi ilmiah, fiksi horor, fiksi detektif, dan lain-lain. Cerita pendek kini juga mencakup bentuk nonfiksi seperti catatan perjalanan, prosa lirik dan varian-varian pasca modern serta non-fiksi seperti fikto-kritis atau jurnalisme baru.
Reading Time:
Cerita Bahasa Inggris Rawa Pening Berdasarkan Sudut Pandang
5:39:00 AM0 Comments
The Legend of Rawa Pening

Using point of view Naga Baru Klinting.

Once upon a time in old Java there was a village.  Pening was its name.  Pening was a prosperous village.  The land was fertile and the weather was always good all year round.  It was on the slope of Mount Merbabu so the climate was cool.  People made their living by cultivating rice, vegetables and fruits.  The harvest was always satisfying.  So all of them lived a happy life.  That’s why once a year they held a ceremony called ‘Bersih desa’.  It was a kind of thanks giving day.  It was a day when they express their thankfulness to God for a successful harvest.  They would clean their village and then they would pray together.  At night they would have a dinner together and held theater performances.

One day after a successful harvest they would celebrate it.  That time they wanted something special.  They wanted more meat for dinner.  So they went hunting in a wood.  Just outside of the village there was a wood where there were many animals like deer, buffalo, mouse deer, lamb and many other.  But that day there was no animal at all.  Animals were nowhere to be seen.  They had searched every inch of the wood but still their effort were in vain.  When it was almost dark, they were very tired so they took a rest.  They sat on something that look like a rock and a big root.  Everybody was silent because they were exhausted and disappointed.


Then suddenly someone chopped the big root with his sword to relief his disappointment.  Amazingly there was blood coming out of the root.  They were surprised.  Someone tried to chop it deeper.  He found meat!  So they chopped more and more.  After their bags were full of meat they were satisfied.  Then they went home happily.
That night the people of Pening were preparing a big dinner.  They wanted a special dinner with the meat they got from the wood.  Just as they were preparing dinner, I came to the village transformed as a poor boy.  I begged food to some people.  But they refused.  Someone said:
"We are preparing dinner.  You may come to our dinner tonight.  But not now".
“But I am very hungry, please”, I said.
“Just come here tonight”.
But then there was an old widow.  She was just a poor widow.  She gave me food and shelter.
“You may take a rest here.  Join us tonight for dinner”, said old widow.
“Thank you very much.  You are very kind to me.  You are the only one who helped me.  That’s why I will save you.  Tonight there will be a great event here”, I said.
“Yes, there will be a great party”, said old widow
“No, I mean something special”, said me.
“What do you mean? ”, said old widow.
“I cannot say now.  But listen to me.  Prepare a boat for you”, said me.
“Why? What will happen? ”, said old widow.
“Just do as I say”, said me.
“Please tell me what will happen?” said old widow.
“OK, you are very kind to me so I will tell you but please promise me you won’t tell anyone”, said me.
“OK, I promise", said old widow.
“I am Naga Baru Klinting.  I am a dragon. I was meditating in the slope of Mount Merbabu when your people hurt me.  They hurt me by chopping my body.  Now they are preparing dinner with meat from my body.  So I will take my revenge tonight, but I will save you.  Prepare a boat for you”, said me.
“Oh, please don’t do that.  Forgive my people”, said old widow.
“Whatever will be, will be.  Good bye”, said me.
Then I left the old widow.  Just before the dinner began at the village hall some boys were playing in the yard.  Then I came to them.
“Hi guys a have a game for you”, I said.
Then I held a small bamboo and attached it to the ground.
“If you can pull it, I will give you a special present”, I said.
“Oh, that’s very easy”, a boy said.
He tried to pull it but it was very strong so he could not pull it.  Another boy tried but he also failed.  Everybody failed.  Then this game drew adult’s attention.  One by one they tried to pull but all of them could not make it.  When many people gathered then I said.
“O people of Pening.  I am Naga Baru Klinting.  I am a dragon.  I was meditating in the slope of mount Merbabu when you chopped me.  Now I will take my revenge.  Enjoy your party”.
Then I pulled the bamboo.  Amazingly, water poured from the ground.  The water immediately flooded the village.  Finally the whole village sank under water.  They were all drowned and died in the lake.  There was only one survivor.  The poor old widow.  She had prepared a simple boat so she could survive.  Since then on the lake is called Rawa Pening.  Rawa means lake in Javanese and Indonesian language.  Today the lake is located in the province of central Java, Indonesia.
Reading Time:
Teks Eksposisi Bahsa Jawa : Pagelaran Jawi Wayang Wong
5:37:00 AM 5 Comments
Wayang wong utawi Wayang uwong menika salah satunggalipun jenis teater tradhisional Jawa. Wayang Wong menika gabungan antawisipun seni drama ingkang ngrembaka ing negeri kilen (Eropa) kaliyan seni pagelaran wayang ingkang ngrembaka ing pulo Jawa. Lakon wayang ingkang dipungelar menika saking crita-crita wayang purwa. Wayang uwong utaminipun ngrembaka ing kraton lan golongan priyayi utawi bangsawan. Miturut nami wayang kasebut, wayang wong ugo boten dipagelarke dening boneka-boneka wayang, anamung manungsa-manungsa ingkang ngganteni boneka-boneka wayang kasebut. Wong kang mainake wayang iki ugo ngagem pakaian ingkang sami kalian hiasan-hiasan ingkang diagem wayang kulit. Pasuryan para pemain wayang wong iki ugo diubah lan dihias supados mirip kalian aslinipun.

Miturut dinas pariwisata Kotamadya Dati II Surakarta, wayang wong lair ing abad XVIII. Ingkang nyiptakaken inggih menika Mangkunegara I ingkang kadosipun dipunilhami saking seni drama ingkang ngrembaka ing negeri kilén. Wiwitanipun wayang wong dipungelar ing Surakarta, lajeng dipungelar ing Yogyakarta. Wekdal sasi April 1868, nalikanipun Mangkunegara IV ngawontenaken khitanan putranipun ingkang asma Prangwadana lan Mangkunegara V wayang wong dipunsempurnakaken utaminipun bab pakéan lan pirantinipun. Ing taun 1899, Pakubuwana X mbangun taman Sriwedari. Wonten ing peresmianipun ngawontenaken pagelaran kesenian. Salah setunggalipun inggih menika wayang wong. 
Reading Time:
Download Materi Teks Ulasan dan Pronomina Power Point
5:34:00 AM0 Comments
Untuk tugas sekolah SMA kelas XI saya ada file power point presentasi tentang pengertian dan penjelasan teks ulasan beserta contohnya plus ada materi tambahan nya yaitu tentang pronomina atau kata ganti. Langsung saja bagi yang ingin mendownload klik link ini ---> LINK (google drive)

Sekian terimakasih.
Reading Time:
Teknik Tuang perunggu Kebudayaan Dongson
5:27:00 AM0 Comments
Perunggu merupakan perpaduan bahan tembaga dengan timah. Cara pembuatan alat dari perunggu ada dua.
a.   Teknik bivalve (Berulang)
Teknik bivalve dilakukan dengan menggunakan cetakan batu yang terdiri atas dua buah bagian, kemudian diikat menjadi satu, lelehan logam dituangkan, dan tunggu hingga beku. Setelah beku, cetakan dapat dibuka. Alat ini dapat digunakan beberapa kali.
b.   Teknik a cire perdue (Tuang Sekali )
Teknik a cire perdue adalah teknik untuk membuat benda perunggu yang bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali denganmembuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanahliat, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehinggaperunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecahsehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan. Disamping teknik cor ada jugateknik menempa yang bahan-bahannya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak,dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, sepertikeris, piring, teko, dan tempat lilin.

Saat ini banyak terdapat sentra-sentra kerajinancor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat terkenal itu antara lain kerajinanperak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan kuningan yang terdapat di Juwana danMojokerto.Atau Teknik a Cire Perdue adalah cara membuat barang barangdari logam denganterlebih dulu membentuk tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yangdibutuhkan. Tempat untuk mencetak logam sesuai dengan benda yang dibutuhkan.Tempat untuk mencetak logam itu ada yang terbuat dari batu,tanah liat, dan sebagainya.Pada tempat cetakan itu dituang logam yang sudah dicairkan dan setelah dingin cetakanitu dipecahkan, sehingga terbentuk benda yang dibutuhkannya. Barang-barang logam yang ditemukan sebagian besar terbuat dari perunggu.

Gambar Teknik a cire perdue

Teknik-teknik Seni Rupa
TEKNIK DAN BAHAN BERKARYA SENI RUPA TERAPAN
Teknik dan Bahan Karya Seni Kriya:

Ada beberapa teknik pembuatan benda-benda kriya yang disesuaikan dengan bahan. Alat dan cara yang digunakan antara lain cor atau tuang, mengukir, membatik, menganyam, menenun, dan membentuk.

1. Teknik cor (cetak tuang)
Ketika kebudayaan perunggu mulai masuk ke Indonesia, maka mulai dikenal teknik pengolahan perunggu. Terdapat beberapa benda kriya dari bahan perunggu seperti gendering perunggu, kapak, bejana, dan perhiasan.
Teknik cetak pada waktu itu ada dua macam:

• Teknik Tuang Berulang (bivalve)

Teknik bivalve disebut juga teknik menuang berulang kali karena menggunakan dua keeping cetakan terbuat
dari batu dan dapat dipakai berulang kali sesuai dengan kebutuhan (bi berarti dua danva lve berarti kepingan). Teknik ini digunakan untuk mencetak benda-benda yang sederhana baik bentuk maupun hiasannya.

• Teknik Tuang Sekali Pakai (A Cire Perdue)

Teknik a cire perdue dibuat untuk membuat benda perunggu yang bentuk dan hiasannya lebih rumit, seperti arca dan patung perunggu. Teknik ini diawali dengan membuat model dari tanah liat, selanjutnya dilapisi lilin, lalu ditutup lagi dengan tanah liat, kemudian dibakar untuk mengeluarkan lilin sehingga terjadilah rongga, sehingga perunggu dapat dituang ke dalamnya. Setelah dingin cetakan tanah liat dapat dipecah sehingga diperoleh benda perunggu yang diinginkan.
Disamping teknik cor ada juga teknik menempa yang bahan-bahannya berasal dari perunggu, tembaga, kuningan, perak, dan emas. Bahan tersebut dapat dibuat menjadi benda-benda seni kerajinan, seperti keris, piring, teko, dan tempat lilin. Saat ini banyak terdapat sentra-sentra kerajinan cor logam seperti kerajinan perak. Tempat-tempat terkenal itu antara lain kerajinan perak di Kota Gede Yogyakarta dan kerajinan kuningan yang terdapat di Juwana dan Mojokerto.

2. Teknik Ukir

Alam Nusantara dengan hutan tropisnya yang kaya menjadi penghasil kayu yang bisa dipakai sebagai bahan dasar seni ukir kayu. Mengukir adalah kegiatan menggores, memahat, dan menoreh pola pada permukaan benda yang diukir.
Di Indonesia, karya ukir sudah dikenal sejak zaman batu muda. Pada masa itu banyak peralatan yang dibuat dari batu seperti perkakas rumah tangga dan benda-benda dari gerabah atau kayu. Benda- benda itu diberi ukiran bermotif geometris, seperti tumpal, lingkaran, garis, swastika, zig zag, dan segitiga. Umumnya ukiran tersebut selain sebagai hiasan juga mengandung makna simbolis dan religius.
Dilihat dari jenisnya, ada beberapa jenis ukiran antara lain ukiran tembus (krawangan), ukiran rendah, Ukiran tinggi (timbul), dan ukiran utuh. Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi antara lain:
Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki makna tertentu.
Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual.
Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual.
Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai pendukung sebuah bangunan. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai jual suatu benda.

3. Teknik membatik

Kerajinan batik telah dikenal lama di Nusantara. Akan tetapi kemunculannya belum diketahui secara pasti. Batik merupakan karya seni rupa yang umumnya berupa gambar pada kain. Proses pembuatannya adalah dengan cara menambahkan lapisan malam dan kemudian diproses dengan cara tertentu atau melalui beberapa tahapan pewarnaan dan tahapng lo rod yaitu penghilangan malam.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang dipakai untuk membatik pada umumnya sebagai berikut:
Kain polos, sebagai bahan yang akan diberi motif (gambar). Bahan kain tersebut umumnya berupa kain mori, primissima, prima, blaco, dan baju kaos.
Malam, sebagai bahan untuk membuat motif sekaligus sebagai perintang masuknya warna ke serat kain (benang).
Bahan pewarna, untuk mewarnai kain yaitu naptol dan garam diasol.
Canting dan kuas untuk menorehkan lilin pada kain
Kuas untuk nemboki yaitu menutup malam pada permukaan kain yang lebar.
Sesuai dengan perkembangan zaman, saat ini dikenal beberapa teknik membatik antara lain sebagai berikut:

Batik celup ikat, adalah pembuatan batik tanpa menggunakan malam sebagaia bahan penghalang, akan tetapi menggunakan tali untuk menghalangi masuknya warna ke dalam serat kain. Membatik dengan proses ini disebut batik jumputan.

Batik tulis adalah batik yang dibuat melalui cara memberikan malam dengan menggunakan canting pada motif yang telah digambar pada kain

Batik cap, adalah batik yang dibuat menggunakan alat cap (stempel yang umumnya terbuat dari tembaga) sebagai alat untuk membuat motif sehingga kain tidak perlu digambar terlebih dahulu.

Batik lukis, adalah batik yang dibuat dengan cara melukis. Pada teknik ini seniman bebas menggunakan alat untuk mendapatkan efek-efek tertentu.

Batik modern, adalah batik yang cara pembuatannya bebas, tidak terikat oleh aturan teknik yang ada. Hal tersebut termasuk pemilihan motif dan warna, oleh karena itu pada hasil akhirnya tidak ada motif, bentuk, komposisi, dan pewarnaan yang sama di setiap produknya.

Batik printing, adalah kain yang motifnya seperti batik. Proses pembuatan batik ini tidak menggunakan teknik batik, tetapi dengan teknik sablon (screen printing). Jenis kain ini banyak dipakai untuk kain seragam sekolah.

4. Teknik Anyam

Benda-benda kebutuhan hidup sehari-hari, seperti keranjang, tikar, topi dan lain-lain dibuat dengan teknik anyam. Bahan baku yang digunakan untuk membuat benda-benda anyaman ini berasal dari berbagai tumbuhan yang diambil seratnya, seperti bamboo, palem, rotan, mendong, pandan dan lain-lain.

5. Teknik Tenun

Teknik menenun pada dasarnya hamper sama dengan teknik menganyam, perbedaannya hanya pada alat yang digunakan. Untuk anyaman kita cukup melakukannya dengan tangan (manual) dan hampir tanpa menggunakan alat bantu, sedangkan pada kerajinan menenun kita menggunakan alat yang disebut lungsi dan pakan.

6. Teknik membentuk

Penegertian teknik membentuk di sini yaitu membuat karya seni rupa dengan media tanah liat yang lazim disebut gerabah, tembikar atau keramik. Keramik merupakan karya dari tanah liat yang prosesnya melalui pembakaran sehingga menghasilkan barang yang baru dan jauh berbeda dari bahan mentahnya.

Teknik yang umumnya digunakan pada proses pembuatan keramik diantaranya:

a. Teknik coil (lilit pilin)

b. Teknik tatap batu/pijat jari

c. Teknik slab (lempengan)

Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering dipakai oleh seniman atau para penggemar keramik.

d. Teknik Putar

Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki (kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk- bentuk yang sama seperti gentong, guci dll.

e. Teknik Cetak

Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dll
Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik tradisonal dapat membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin genteng, tegel dinding maupun hiasan dinding dengan berbagai motif seperti binatang atau tumbuh-tumbuhan.

SENI RUPA TRADISIONAL

Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Seni tradisional yang ada di suatu daerah berbeda dengan yang ada di daerah lain, meski pun tidak menutup kemungkinan adanya seni tradisional yang mirip antara dua daerah yang berdekatan.

Ciri-ciri
Penciptaannya selalu berdasarkan pada filosofi sebuah aktivitas dalam suatu budaya, bisa berupa aktivitas religius maupun seremonial.
Terikat dengan pakem-pakem tertentu.
Contoh
Wayang kulit, wayang golek, wayang beber, ornamen pada rumah-rumah tradisional di tiap daerah, batik, songket, dan lain-lain.

SENI RUPA MODERN

Seni rupa modern adalah seni rupa yang tidak terbatas pada kebudayaan suatu adat atau daerah, namun tetap berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-aliran seni rupa.

Ciri-ciri
Konsep penciptaannya tetap berbasis pada sebuah filosofi , tetapi jangkauan penjabaran visualisasinya tidak terbatas.
Tidak terikat pada pakem-pakem tertentu.

Contoh
Lukisan-lukisan karya Raden Saleh Syarif Bustaman, Basuki Abdullah, dan pelukis era modern lainnya.

Seniman
Raden Saleh Syarif Bustaman, Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi, Wahid Somantri, Agus Jaya Suminta, S. Sujoyono, Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, dan Emira Sunarsa.

SENI RUPA KONTEMPORER

Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern.

Ciri-ciri
Tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman.
Tidak adanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, hingga aksi politik.
Contoh
Karya-karya happening art, karya-karya Christo dan berbagai karya enviromental art.

Seniman
Gregorius Sidharta, Christo, dan Saptoadi Nugroho.

Seni Instalasi

Seni instalasi (installation = pemasangan) adalah seni yang memasang, menyatukan, dan mengkontruksi sejumlah benda yang dianggap bisa merujuk pada suatu konteks kesadaran makna tertentu. Biasanya makna dalam persoalan-persoalan sosial-politik dan hal lain yang bersifat kontemporer diangkat dalam konsep seni instalasi ini. Seni instalasi dalam konteks visual merupakan perupaan yang menyajikan visual tiga dimensional yang memperhitungkan elemen-elemen ruang, waktu, suara, pooja.


Tokoh :
pooja, Vito Acconci, Gustavo Aguerre, Artur Barrio, Sylvie Bélanger, Maurice Benayoun, Guillaume Bijl, Christian Boltanski, Christoph Büchel, Stefano Cagol, dll
Reading Time:
SENI BUDAYA : Seni Kriya
5:22:00 AM0 Comments
Kriya adalah cabang seni yang menekankan pada ketrampilan tangan yang tinggi dalam proses pengerjaannya. Seni kriya berasal dari kata “Kr” (bhs Sanskerta) yang berarti ‘mengerjakan’, dari akar kata tersebut kemudian menjadi karya, kriya dan kerja. Dalam arti khusus adalah mengerjakan sesuatu untuk menghasilkan benda atau obyek yang bernilai seni.
Seni kriya merupakan warisan seni budaya yang adi luhung, yang pada zaman kerajaan di Jawa mendapat tempat lebih tinggi dari kerajinan. Seni kriya dikonsumsi oleh kalangan bangsawan dan masyarakat elit sedangkan kerajinan didukung oleh masyarakat umum atau kawula alit, yakni masyarakat yang hidup di luar tembok keraton. Seni kriya dipandang sebagai seni yang unik dan berkualitas tinggi karena didukung olehcraftmanship yang tinggi, sedangkan kerajinan dipandang kasar dan terkesan tidak tuntas. Bedakan pembuatan keris dengan pisau baik proses, bahan, atau kemampuan pembuatnya.


Kriya bisa "meminjam" banyak pengetahuan dalam seni rupa murni seperti cara mematung atau mengukir untuk menghasilkan produk, namun tetap dengan tidak terlalu berkonsentrasi kepada kepuasan emosi seperti lazim terjadi misalnya pada karya lukis dan patung. Kriya juga lebih sering mengikuti tradisi daripada penemuan yang sering ditemukan secara individu oleh seorang perupa Kriya bisa berbentuk karya dari tanah, batu, kain, logam ataupun kayu.

A. UNSUR KARYA SENI KRIYA
Seni kriya mengutamakan terapan atau fungsi maka sebaiknya terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Utility atau aspek kegunaan
Ø Security yaitu jaminan tentang keamanan orang menggunakan barang-barang itu.
Ø Comfortable, yaitu enaknya digunakan. Barang yang enak digunakan disebut barang terapan.
Barang-barang terapan adalah barang yang memiliki nilai praktis yang tinggi.
Ø Flexibility, yaitu keluwesan penggunaan. Barang-barang seni kriya adalah barang terap yaitu barang yang wujudnya sesuai dengan kegunaan atau terapannya. Barang terap dipersyaratkan memberi kemudahan dan keluwesan penggunaan agar pemakai tidak mengalami kesulitan dalam penggunaannya.
2. Estetika atau syarat keindahan
Sebuah barang terapan betapapun enaknya dipakai jika tidak enak dipandang maka pemakai barang itu tidak merasa puas. Keindahan dapat menambah rasa senang, nyaman dan puas bagi pemakainya. Dorongan orang memakai, memiliki, dan menyenangi menjadi lebih tinggi jika barang itu diperindah dan berwujud estetik.

B. JENIS - JENIS SENI KRIYA
1.    Seni kerajinan kulit
adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari kulit yang sudah dimasak, kulit mentah atau kulit  sintetis. Contohnya: tas, sepatu, wayang dan lain-lain.


contoh seni kerajinan kulit yang terbuat dari kulit telur
2.    Seni kerajinan logam, ialah kerajinan yang menggunakan bahan logam seperti besi, perunggu, emas, perak. Sedangkan teknik yang digunakan biasanya menggunakan sistem cor, ukir, tempa atau sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Contohnya pisau, barang aksesoris, dan lain-lain.

contoh hasil kerajian logam tembaga dan kuningan khas Cepego

3.    Seni ukir kayu, yaitu kerajinan yang menggunakan bahan dari kayu yang dikerjakan atau dibentuk menggunakan tatah ukir. Kayu yang biasanya digunakan adalah: kayu jati, mahoni, waru, sawo, nangka dan lain-lain. Contohnya mebel, relief dan lain-lain.


contoh seni kerajinan ukir kayu relief dari Jepara

4.    Seni kerajinan anyaman, kerajinan ini biasanya menggunakan bahan rotan, bambu, daun lontar, daun pandan, serat pohon, pohon pisang, enceng gondok, dll. Contohnya: topi, tas, keranjang dan lain-lain.

seni kerajinan anyaman daun pandan

5.    Seni kerajinan batik, yaitu seni membuat pola hias di atas kain dengan proses teknik tulis (casting) atau teknik cetak (printing). Contohnya: baju, gaun dan lain-lain.


contoh seni kerajianan batik Kebumen
6.    Seni kerajinan keramik, adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari tanah liat yang melalui proses sedemikian rupa (dipijit, butsir, pilin, pembakaran dan glasir) sehingga menghasilkan barang atau benda pakai dan benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring dan lain-lain.

contoh hasil kerajinan keramik Vas Shobido Koi

C. FUNGSI DAN TUJAN SENI KRIYA
1.      Sebagai benda pakai, adalah seni kriya yang diciptakan mengutamakan fungsinya, adapun unsur keindahannya hanyalah sebagai pendukung.
2.      Sebagai benda hias, yaitu seni kriya yang dibuat sebagai benda pajangan atau hiasan. Jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek kegunaan atau segi fungsinya.
3.      Sebagai benda mainan, adalah seni kriya yang dibuat untuk digunakan sebagai alat permainan.

D. CONTOH TOKOH DALAM SENI KRIYA 
PATUNG
1.      Dolorosa Sinaga (lahir di Sibolga, Sumatera Utara; 31 Oktober 1953) seorang pematung Indonesia. Karyanya banyak menampilkan keimanan, krisis, solidaritas, multikulturalisme, dan perjuangan wanita.
Karyanya cenderung memperlihatkan emosi tinggi yang khas, kebanyakan berwarna hijau dan memiliki bentuk sederhana. Kebanyakan figur berbentuk wanita.
salah satu hasil dari Dolorosa Sinaga yaitu :
hasil karya Dolorosa Sinaga yang berjudul " Lapindo Brantas "

2.      Nyoman Nuarta adalah pematung Indonesia dan salah satu pelopor gerakan seni rupa baru (1976). Ia lahir di Tabanan Bali pada tanggal 14 November 1951. Nyoman Nuarta mendapatkan gelarnya dari Institut Teknologi Bandung dan hingga kini Nyoman Nuarta menetap di Bandung.


hasil karya I Nyoman Nuarta yaitu patung wisnu yang ada di Bali

WAYANG

1.      Sagio mengelola tempat pembuatan wayang di Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Seorang masterpiece yang selama lebih dari 30 tahun bertekun dalam pembuatan wayang. Proses belajarnya dari sang ayah (Jaya Perwita) dan seorang pembuat wayang senior Kraton Yogyakarta (MB Prayitno) membuatnya mampu mengenal karakter setiap tokoh wayang. Pengetahuan mendalam yang berpadu dengan semangat cinta wayang yang telah tumbuh sejak usia 11 tahun membuatnya mampu menghasilkan wayang dengan kualitas ultra.  
   
    BATIK
Iwan Tirta

adalah seorang perancang busana yang terkenal di Indonesia.  beliau lahir di Blora, Jawa Tengah 18 april 1935 – meninggal di Jakarta pada tanggal 31 Juli 2010 pada umur 75 tahun. karyanya sudah sangat di kenal oleh masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia. beliau adalah lulusan dari London School of Economics dan Sekolah Hukum Yale. meskipun beliau belajar ilmu hukum namun hampir seluruh hidupnya didedikasikan untuk seni merancang batik.  hasil karya rancangannya terutama batik, telah digunakan oleh banyak kalangan atas di seluruh Indonesia. salah satunya adalah presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan dan Ibu Negara Nancy Reagan. 

  KERAJINAN ANYAMAN

 I Gusti Putu Geria adlah seorang ahli pembuat anyaman bambu, rotan, dan daun lontar. beliau telah bertahun-tahun menggeluti dunia kerjianan anyaman ini. sehingga karyanya sudah sangat terkenal di Indonesia. meskipun beliau belajar seni menganyam secara otodidak, namun karyanya sangat bersaing dengan pengrajin lainnya. ciri khas karya beliau yang merupakan keunggulan dari karya beliau adalah penggunaan warna  cokelat gelap (dark mahagony) yang memberikan kesan natural, antik dan anggun menambah kecantikan dan keindahan berbagai produk kerajinan anyaman itu. hasil anyaman karya beliau telah diekspor ke berbagai negara seerti Jepang, Amerika Serikat, dan Australia.
Reading Time: