Renungan : Hidup Seperti Toples Kosong - Syarif Miftahudin's Blog

Tuesday, September 13, 2016

Renungan : Hidup Seperti Toples Kosong

Renungan : Hidup Ibarat Sebuah Toples Kosong, dengan Apa Kita Mengisinya?

Seorang guru menjelaskan inti dari hidup dengan menggunakan media topless, bola tenis, kelereng, pasir dan kopi
 

Seorang guru besar di depan audiens nya memulai materi kuliah dengan menaruh topless yang bening dan besar di atas meja.

Lalu sang guru mengisinya dengan bola tenis hingga tidak muat lagi. Beliau bertanya: "Sudah penuh?"

Audiens menjawab: "Sudah penuh".

Lalu sang guru mengeluarkan kelereng dari kotaknya dan memasukkannya ke dalam topless tadi. Kelereng mengisi sela-sela bola tenis hingga tdk muat lagi. Beliau bertanya: "Sudah penuh?"

Audiens menjawab: "Sudah penuh".

Setelah itu sang guru mengeluarkan pasir pantai dan memasukkannya ke dalam topless yang sama. Pasir pun mengisi sela-sela bola dan kelereng hingga tidak bisa muat lagi. Semua sepakat kalau topless sudah penuh dan tidak ada yang bisa dimasukkan lagi ke dalamnya.

Tetapi terakhir sang guru menuangkan secangkir air kopi ke dalam toples yang sudah penuh dengan bola, kelereng dan pasir itu.

Sang Guru kemudian menjelaskan bahwa:
"Hidup kita kapasitasnya terbatas seperti topless. Masing-masing dari kita berbeda ukuran toplesnya:

Bola tenis adalah hal-hal besar dalam hidup kita, yakni tanggung-jawab terhadap Tuhan, orang tua, istri/suami, anak-anak, serta makan, tempat tinggal dan kesehatan.

Kelereng adalah hal-hal yang penting, spt pekerjaan, kendaraan, sekolah anak, gelar sarjana, dll.

Pasir adalah yang lain-lain dalam hidup kita, seperti olah raga, nyanyi, rekreasi, Facebook, BBM, WA, nonton film, model baju, model kendaraan dll.

Jika kita isi hidup kita dengan mendahulukan pasir hingga penuh, maka kelereng dan bola tennis tidak akan bisa masuk. Berarti, hidup kita hanya berisikan hal-hal kecil. Hidup kita habis dengan rekreasi dan hobby, sementara Tuhan dan keluarga terabaikan.


Jika kita isi dengan mendahulukan bola tenis, lalu kelereng dan seterusnya seperti tadi, maka hidup kita akan lengkap, berisikan mulai dari hal-hal yang besar dan penting hingga hal-hal yang kecil menjadi pelengkap.

Karenanya, kita harus mampu mengelola hidup secara cerdas dan bijak. Tahu menempatkan mana yang prioritas dan mana yang menjadi pelengkap.
Jika tidak, maka hidup bukan saja tidak lengkap, bahkan bisa tidak berarti sama sekali".

Lalu sang guru bertanya: "Adakah di antara kalian yang mau bertanya?"

Semua audiens terdiam, karena sangat mengerti apa inti pesan dalam pelajaran tadi.

Namun, tiba2 seseorang nyeletuk bertanya: "Apa arti secangkir air kopi yang dituangkan tadi.....?"

Sang guru besar menjawab sebagai penutup: "Sepenuh dan sesibuk apa pun hidup kita, jangan lupa masih bisa disempurnakan dengan bersilaturahim sambil "minum kopi" ..... dengan tetangga, teman, sahabat yang hebat. Jangan lupa sahabat lama.

Saling bertegur sapa, saling senyum bila berpapasan ..... betapa indahnya hidup ini !

Semoga kisah singkat dan sederhana ini dapat menjadi renungan untuk kita agar senantiasa mengisi hidup ini dengan hal-hal besar, seperti beribadah kepada Tuhan YME, bertanggung jawab terhadap keluarga, dll, baru kemudian diisi dengan hal-hal kecil sebagai pelengkap. Semoga bermanfaat.


No comments:

Kami mengharapkan komentar dan kritikan yang membangun, ..