KEUNIKAN GAGASAN DAN TEKNIK DALAM KARYA SENI RUPA TERAPAN - Syarif Miftahudin's Blog

Sunday, June 21, 2015

KEUNIKAN GAGASAN DAN TEKNIK DALAM KARYA SENI RUPA TERAPAN

Intisari Materi
Dalam sejarah seni kita, tercatat bahwa perkembangan seni di Nusantara dipengaruhi oleh berbagai budaya, seperti Hindu, Buddha, Islam, Cina, dan Kolonial. Jejak dari pengaruh budaya tersebut masih terus bertahan hingga kini. Kalian tentu pernah melihat patung yang bermotif dewa-dewa atau lukisan berupa kaligrafi Arab. Semua itu menunjukkan adanya pengaruh dari berbagai budaya tadi. Seni rupa Nusantara terdiri atas seni rupa murni dan seni rupa terapan. Seni rupa murni adalah seni yang dibuat untuk mengekspresikan nilai budaya dan keindahan. Artinya, seni rupa murni tidak memiliki fungsi lain selain sebagai hiasan. Bentuk-bentuk seni rupa dalam kategori ini, antara lain seni lukis dan seni patung

A. Seni Rupa Zaman Prasejarah
Bentuk seni rupa pada masa prasejarah pada umumnya berupa lukisan dinding yang ada di dalam gua. Lukisan dinding di dalam gua berhubungan dengan adanya kepercayaan manusia masa itu
tentang dunia gaib dan pekerjaannya. Mereka juga banyak melukis binatang buruan. Mereka percaya bahvva kegiatan melukis dan lukisan itu sendiri memancarkan kekuatan magis yang akan memengaruhi binatang yang akan mereka buru. Selain binatang, objek lain yang sering mereka lukis di gua adalah gambar tangan atau sosok manusia. Penggambaran tangan ini bisa diartikan sebagai ungkapan rasa duka atas kematian sekaligus penghormatan terhadap arwah leliihur. Di samping itu, lukisan tersebut juga bisa dihubungkan, dengan kepercayaan mereka, yaitu bahwa cap tangan adalah milik makhluk halus yang pernah menghuni daerah tertentu sebelum claerah tersebut dihuni oleh manusia. Hal itu berhubungan dengan tradisi yang ada di masyarakat. Pada masyarakat Papua misalnya, kaum wanita akan memotong jarinya sebagai tanda berduka cita. Selain itu, lukisan sosok manusia bisa diinterpretasikan sebagai makhluk halus, atau mungkin juga suatu adegan mitologis yang sekarang sudah dilupakan orang. Jenis ekspresi lain seni rupa zaman prasejarah adalah karya berbentuk topeng, perisai, dan patung nenek moyang. Lambang-larnbang arwah sering muncul dalam bentuk motif yang menghiasi karya-karya seni tersebut. Benda-benda ini biasanya dipakai untuk keperluan upacara-upacara yang diperingati pada saat­saat tertentu, serta upacara kehiduparw dan kematian. Hiasan semacam ini sampal sekarang masih dapat dijumpai clalam masyarakat yang ma's,` rnelanjutkan tradisi prasejarah tersebut. Mereka adalah penduduk asli daerah tertentu yang jauh dari wilayah pemukiman baru (desa dan kota).Penduduk asli masih patuh mempraktikkan cara-cara lama sesuai dengan adat-istiadat yang pernah diturunkan nenek moyangnya. Bentuk kesenian lainnya adalah fitisisme dan totemisme. Fetis adalah benda bertuah yang dijadikan jimat untuk melindungi pemakainya dari berbagai gangguan atau bahaya. Totem pada umumnya berupa sosok setengah manusia dan setengah binatang yang dijelmakan dalam bentuk hiasan, lukisan, dan patung. Pada mulanya, karya-karya seni yang diilhami tradisi animis-magis itu banyak.

B. Seni Rupa Zaman Hindu-Buddha
Mitologi India berpengaruh kuat terhadap seni Nusantara,.terutarna di Pulau Jawa dan Bali. Di Bali, dewa-dewi dan tokoh-tokoh Hindu sering digambarkan dalam karya seni. Selain itu meskipun Jawa dan Bali telah berada dalam era agama Islam, epik Ramayana dan Mahabarata tetap menjadi sumber inspirasi dan tema dalarn karya seni didaerah tersebut, terutama dalam Seni pertunjukan wayang.

C. Seni Rupa Zaman Islam
Zaman pertengahan ditandai dengan masiaknya agama Islam pada abad ke-13 M. Sebenarnya, Islam sudah mulai masuk pada abad ke-7 M. Akan tatapi, pada abad ini hubungan yang terjadi antara masyarakat dari pendatang beragama Islam itu sebatas hubungan dagang. Penyebaran Islam di Nusantara baru mulai dilakukan pada lima atau enam abad kemudian. Awalnya, para penyebar agama Islam itu berasal dari luar Nusantara, antara lain dari Persia dan Gujarat. Selanjutnya, banyak masyarakat Nusantara sendiri yang mempelajari Islam secara Mendalam dan kemudian menjadi penyebarnya juga. Sembilan wali yang terkenal dengan sebutan Wali Songo merupakan penyebar Islam di tanah Jawa.

1.      Seni Kaligrafi
Salah satu jenis karya seni rupa Islam yang menonjol adalah kaligrafi. Seni kaligrafi adalah seni menulis. Kaligrafi merupakan jenis kesenian Islam yang tersebar luas di Nusantara dan menyatu dengan kesenian tradisional. Perpaduan seni. kaligrafi dengan seni tradisional Indonesia (Hindu­/Buddha) itu dapat dikatakan sebagai perwujudan kasenian Islam di Nusantara. Kesenian tersebut bisa kita lihat pada pintu gerbang masjid, istana, dan hiasan pada keris. Kaligrafi juga dapat ditemukan pada bendera dan Panji-panji kerajaan Islam. Dalam seni busana, kaligrafi muncul sebagai motif hias kain batik, khususnya kain batik yang digunakan untuk  upacara tertentu. Sementara itu, dalam bentuk yang lebih canggih, ada pula kaligrati yang merupakan kutipan ayat-ayat Alquran. Kaligrafi tersebut rnenjadi ornamen bangunan masjid pada umumnya di Indonesia, seperti yang terlihat pada dinding mihrab, langit-langit masjid, atau pada mimbar. Teknik pembuatannya beraneka ragam. Ada yang dua dimensi, ada pula yang tiga dimensi. Gayanya dekoratif dan kaya warna.
Di Cirebon, terdapat kaligrafi dalam lukisan kaca yang sangat berbeda dengan kaligrafi dan kesenian Islam umumnya. Susunan kaligrafi yang berbentuk kutipan ayat Alquran itu membentuk sebuah sosok yang Menggambarkan tokoh pewayangan. Karya tersebut merupakan contoh seni kaligrafi yang berpadu dengan karya seni pengaruh Hindu, Buddha, dan China. Kebiasaan membuat lukisan kaca yang pada mulanya merupakan tradisi kerajaan, menyebar ke luar istana. Sampai sekarang, lukisan kaca Cirebon dengan acuan yang sama masih benar-benar sebagai lukisan tradisional.

2.      Makam
Di Indonesia, paninggalan seni rupa Islam paling tua ditemukan di Sumatra, di bekas Kerajaan Pasai Peninggalan itu berupa batu nisan dan kuburan Islam yang diperkirakan berasal dari abad ke­13 Masehi. Batu nisan berukir itu terbuat dari pualam, rnengandung tulisan Arab dan dipenu hi dengan. hiasan. Hagil seni rupa Islam dalam bentuk pahatan pualarn itu berasal dan kesenianIslarn yang ada di India. Di India sendiri, seni bangunan berornamen Islam yang berkembang bUkanlah masjid, melainkan makam. Meskipun sempat menyebar ke Palembang dan Pulau Jawa, seni bangunan makam dengan pahatan yang berornamen khas India tersebut tidak berkembang di Nusantara.
Kompleks pemakaman keluarga raja dan para keturunannya`rnerupakan bagian lain dari peninggalan peradaban awal Islam di Nusantara. Hiasan yang menonjol adalah berupa motif kaligrafi Arab dart motif flora. Motif-motif lain yang menggarnbarkan makhluk hidup dilarang, sesuai dengan ajaran agarna Islam.
Pengaruh Islam juga tampak pada bentuk dan hiasan makam, seperti yang ada di Samudera Pasai (Aceh Utara) dan di Gresik. Makam yang terdiri dari bOrtgunan bawah (kijing) dan bangunan atas (nisan atau maesan), pada umumnya bersifat dekoratif dan dihiasi tulisan Arab. Biasanya, bahan untuk kijing adalah batu pualam yang disusun secara bertumpuk menyerupai bangunan punden dari zaman Megalitik, sedangkan nisan terbuat dari totigkat batu.
Terdapat dua jenis makam tua di Indonesia. Pertarna, jenis yang mempunyai ciri bangunan lama (pra-Islam). Kedua, jenis makam yang dipengaruhl oleh bentuk dan motif yang berasal dari luar Nusantara. Jenis makam pertama ditemukan di. Troloyo, Jawa Timur. Pengaruh seni Majapahit terlihat pada bentuk hiasan pada batu nisan makam yang menampilkan motif tanaman dan diselingi dengan motif geometrik. Hiasan tersebut tampak seperti bentuk meander dan tumpal yang terdapat pada hiasan candi. Desain struktur batu nisan dari makain tua'itu kebanyakan berbentuk dekoratif. Bentuk isi mirip ciengan bentuk mahkota pintu gerbang candi yang bermotif kala makara.
Janis makam tua kedua yaitu yang memiliki ciri-ciri dari luar Nusantara berasal dari Kambaya di Gujarat. 'Contoh makam jenis ini adalah makam Sultan Malik 'as Saleh di Samudera Pasai clan rnakam Malik Ibrahim. Pada kedua makam tersebut terdapat hiasan mahkota dengan motif daun dan bunga yang disusun sedernikian rupa hingga membentuk mahkota puncak atap.

3.      Wayang
Pertunjukan wayang di Indonesia bukan saja sebuah kesenian, melainkan juga sumber nilai. Wayang, dalam perkembangannya sebagai sumber nilai, menyerap berbagai ajaran tentang penghormatan kepada alam, nenek moyang, dan para dewa-devvi. Penghormatan itu dilakukan oleh manusia sebagai keinginan dasar untuk berhubungan clengan kekuatan adikodrati (supranatural), kepemimpinan, dan kepahlawanan. Selain itu, penghormatan semacam itu juga dilakukan sebagai bentuk hubungan manusia dengan Tuhan, dan juga hubungan manusia clengan manusia lain. Kesenian wayang pada intinya memuat ajaran keagamaan dan kehidupan. Wayang selalu berubah dan menyesuaikan did dengan konteks keasgamaart dan zamannya. Pada masa penyebaran agama Hindu-Buddha dan juga Islam atau Kristen, kesenian wayang selalu dimanfaatkan sebagai media yang popular dan efektif untuk dakwah keagamaan.
Meskipun sudah berkembang sejak masa Hindu-Buddha, kesenian wayang di Jawa mendapat sentuhan kreatif pada masa Islam. Sentuhan ini bukan saja terdapat pada bentuknya, melainkan juga pada tema-temanya. Meskipun begitu, wayang tetap rnangandung pakem-pakern cerita utama, seperti Mahabarata dan Ramayana. Kesenian wayang pada masa penyebaran Islam di Jawa telah menjadi alas dakwah dan pendidikan yang paling efektif. Hal. ini disebabkan karena wayang telah hidup dan diterirna masyarakat path masa pra-Islam. Kesenian ini terus hidup clalam berbagai bentuk perkembangannya sampai sekarang.
Dari kesenian wayang yang bemapaskan Islam tersebut, lahirlah sejumlah jenis wayang lain, antara lain wayang kulit, wayang beber, wayang kayu, wayang krucil, dan wayang golek. Kini, beberapa kelompok masyarakat masih memandang wayang sebagai sumber nilai kehidupan dan keaganiaan. Sebagian kelon-ipok masyarakat yang lain melihat wayang sebagai suatu karya seni pertunjukan yang menarik karena mengandung kekayaan komponen artistik.

4.      Batik
Seperti halnya kesenian wayang, batik telah menjadi bagian dari kekayaan seni rupa tradisional di Nusantara, jauh sebelum Islam masuk. Mitos paling awal tentang batik sudah ada sejak sekitar tahun 700 Masehi. Mitos tersebut bercerita tentang istri Pangeran Jenggala, Lembu Ami Luhur. Dia seorang putri dari Coromandel. la mengajari orang Jawa menenun, membatik, dan mewarnai kain. Sejak itu, kain batik dengan berbagai motif tertentu menjadi bagian dari identitas busana dan budaya raja, perrnaisuri, dan keluarga istana pada masa kerajaan Hindu. Namun, catatan tertulis tentang batik baru muncul pada tahun 1518, di wilayah Galuh di bagian barat laut Jawa.
Pada masa Islam, batik terus berkembang, terutama dalam kekayaan motif dan arti perlambangnya. Pada masa Islam, motif animisme dan hinduisme yang muncul pada masa kerajaan Hindu diperkaya dengan motif kaligrafi Arab, masjid, Kabah, dan permadani. Di samping itu, pengaruh Cina juga sangat kental dalam motif batik. Dalam sebuah cerita disebutkan bahwa Sultan Agung, Raja Islam pertama Mataram (1613-1645), memakai batik dengan motif burung Huk. Dalam mitologi Cina, burung Huk melambangkan keberuntungan.
Pada masa Islam dan masa sebelumnya, tradisi batik memang cenderung menjadi bagian dari tradisi istana. Namun dalam perkembangannya, ketika nilai-nilai keistanaan meluntur, nilai-nilai batik menjadi lebih memasyarakat. Batik pun dibuat dan dipakai oleh banyak kalangan. Hasanuddin, dalam bukunya yang berjudul Batik Pesisiran, menyebutkan bahwa kegiatan membatik didasarkan ­pada lima motivasi dasar yaitu,
a.   Membatik sebagai kegiatan sambilan wong cilik.
b.   Kegiatan membatik sebagai komoditas.
c.   Membatik sebagai tradisi kalangan bangsawan.
d.   Kegiatan membatik sebagai usaha dagang orang Cina dan Indo-Belanda yang ragam hias dan fungsinya diperuntukkan bagi kalangan terbatas.
e.   Membatik sebagai kebutuhan seni atau desain dengan konsep kontemporer.


D. Seni Rupa Pengaruh Cina
Kebudayaan Cina turut mernberikan pengaruh penting dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Meskipun tidak sebesar pengaruh budaya Hindu, Buddha, dan Islam, budaya seni Cina cukup banyak dan membaur dengan bentuk-bentuk seni setempat. Pembauran itu berlangsung dalam proses asimilasi dan pencangkokan. Pada hakikatnya, pengaruh tersebut semata-mata hanya terdapat pada aspek kebendaan. Artinya, pengaruh Gina pada kesenian Nusantara hanya terdapat pada bentuk atau model, dan tidak terdapat pada aspek keagarnaan dan sosial-budaya.
Ditinjau dari aspek sejarah, pengaruh budaya Cina mulai masuk ke Nusantara pada tahun 250 dan 400 Masehi, yakni ketika lalu lintas perdagangan Indonesia Cina terjalin. Hubungan pertama berlangsung di daerah-daerah pesisir atau kota-kota pelabuhan tempat para saudagar Cina tinggal. Ada banyak saudagar yang datang dan menikah dengan masyarakat setempat. Selain hubungan perdagangan, hubungan politik pun ikut memberikan peran dalam percampuran seni ini. Hubungan itu terlihat melalui pengiriman putri-putri Cina sebagai mempelai bagi penguasa Indonesia. Putri-putri Cina tersebut membawa sejumlah besar koleksi artefak Cina yang kemudian memengaruhi seni kerajinan Indonesia. Jejak-jejak pengaruh budaya Cina dapat dilihat dalarn seni-seni berikut ini.
1.         Arsitektur
Unsur budaya Cina tampak jelas memengaruhi seni arsitektur Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada bangunan tempat-tempat ibadah. Tempat-tempat ibadah ini memperlihatkan adanya penggabungan gaya setempat dengan konsep dan ragam hias Cina. Di Masjid Kalinyamat yang terletak di Jepara, Jawa Tengah misalnya, terdapat pahatan batu gamping di dinding yang menggambarkan ragam hias batu dan awan khas Gina. Demikian juga dalam hiasan-hiasan (relief) candi-candi.. Relief beberapa candi di Jawa Timur, seperti Candi Jalatuda yang dibangun pada abad ke-10, rnenampakkan pengaruh Cina dalam bentuk liku-liku yang meliuk dan ragam hias awan. Ragam hias pada Candi Jalatuda ini juga terdapat pada karya-karya arsitektur zarnan Majapahit (abad ke-13-16 M), seperti pada Candi Panataran.


Di Bali, unsur arsitektural Cina ditemukaen pada pura-pura dan beberapa istana. Istana Gianyar, rnisalnya, memperlihatkan hubungan yang kuat antara budaya Gina dan budaya masyarakat setempat, terutama pada atapnya, Selain pada atap, pengaruh Cina juga terdapat pada hiasan pintu gerbang keraton yang berupa pola awan dan bebatuan (mega mendung dan wadasan). Pola ini tampak pada Keraton Kasepuhan dan Taman Sunyaragi, Cirebon.
Ciri lain yang menunjukkan pengaruh budaya Cina adalah pernasangan piring-piring Cina di dinding istana dan masjid. Meskipun pemasangan piring-pining tersebut dimaksudkan agar selaras dengan ubin bermotif-Islam, ragam bias yang, terdapat dalam masjid di Banten, Demak, Kudus, Jepara, ,Cirebon, dan Tuban murni ragam hias Cina. Selain di gerbang istana, di gerbang makam pun terlihat adanya keterpengaruhan itu. Di gerbang makam Sunan Bonang misalnya, memiliki warna merah dan emas, serta pola ukiran yang khas dari Gina.
2.         Pola Wastra
Pada abad ke-18 dan ke 19, perdagangan batik di Indonesia berkembang pesat. Oleh karena kepesatan tersebut, mulailah orang-orang Cina tertarik untuk terjun sebagai pedagang batik dalam skala kecil maupun besar. Selain terjun sebagai pengusaha, orang-orang Cina pun mulai merintis dan membuka perusahaan batik sendiri. Para pekerjanya adalah warga pribumi dengan disiplin kerja yang ketat. Oleh sebab itu, mutu batiknya cukup baik.
Batik produksi pengusaha Cina cenderung mengunakan warna-warna terang dan beraneka ragarn. Pewarna yang digunakan adalah indigosol yang cukup tahan gosokan dan sinar matahari. Ragam hias batik yang paling popular adalah burung funiks yang berekor panjang, meander, dan swastika. Ragam hias model ini banyak dipakai pada selendang lokcan berbahan sutra.
Perkembangan ragam hias batik Cina dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan selera konsumen. Di daerah Lasem misalnya, ragam hias batik Cina lebih rumit dan datar. Warna yang digunakan antara lain merah, biru, ungu, kuning, dan cokelat. Dalam proses perkembangannya, susunan corak, ragam bias, dan wama batik Cina dan pribumi saling memengaruhi dan rnelengkapi. Batik yang dibuat di pantai utara Jawa menggunakan corak terang, serta rnemadukan lukisan burung dan bunga. Hal itu jelas menunjukkan adanya pengaruh Cina. Batik Cirebon juga dikenal karena penggunaan pola ragam hias Cina, yaitu awan dan batu, Pengaruh Cina juga terdapat pada sarung songket yang berbenang emas dari Bali dan Sumatra serta kain perada Bali,
3.         Perabot atau Benda-Benda Rutnah Tangga
Pada mulanya, masyarakat Indonesia tradisional menjadikan lantai dan tikar sebagai tempat duduk dan berkumpul. Namun, keadaan itu berubah sejak abad ke-16 M Para bangsawan istana pada masa itu mulai menggunakan kursi dan sofa sebagai tempat duduk. Perabotan taman, hiasan keramik, clan pot bunga ditiru dari berbagai sumber yang sebagian besar berasal dari Gina. Beberapa di antaranya berukiran rumit.


E. Seni Rupa Pengaruh Kolonial
Kedatangan bangsa Eropa di Nusantara pada abad ke-1 6 M telah memberikan pengaruh yang cukup luas terhadap berbagai aspek kehithipan, termasuk seni. Dalam bidang seni, pengaruh tersebut dapat dilihat, antara lain pada seni arsitektur, busana dan wastra, serta perabot rumah tangga.
1.     Arsitektur
Dalam seni arsitektur, pengaruh gaya Eropa meninggalkan jejak yang cukup banyak. Pengaruh gaya Belanda, misalnya, dapat ditemukan hampir di seluruh Nusantara, misalnya berupa ubin, jendela kaca timah, atap kaca, serta terali besi yang ditempa. Arsitektur itu dipadukan dengan gaya arsitektur tradisional. Begitu pula sebaliknya, arsitek-arsitek Belanda pun mencoba memadukan gaya tradisional Nusantara dengan gaya Eropa dalam bangunan-bangunan yang mereka rancang. Bu kti perpaduan yang mereka lakukan dapat dilihat pada gedung-gedung di Institut Teknologi Bandung (ITB). Atap gedung ITB merupakan adaptasi kreatif atap bangunan tradisional Sunda Besar. Bangunari-bangunan lainnya merupakan gaya Eropa.
Seim mencampurkan gaya tradisional Nusantara pada bangunan Eropa, orang-orang Belanda pun mencoba mencampurkan gaya Timur Tengah. Hal itu dapat dillhat, misalnya pada bangunan Masjid Baiturrachrnan, Banda Aceh.
2.     Busana
Pengaruh Eropa dalam seni busana terdapat pada busana-busana istana untuk upacara kerajaan atau busana resmi. Misalnya, pada busana kenegaraan abdi dalem yang mengiringi kerela kuda Sultan Yogyakarta dan Surakarta dalam iring-iringan upacara. Busana tersebut berupa kaus kaki sutra, sepatu, gesper dan jas beludru yang dihiasi dengan jalinan berpita emas.
Dalam pola wastra tampak pula perpaduan ragam hias asing dengan ragam his tradisional setempat, balk tenun maupun batik. Misalnya, ragam hiasan singa pada wastra ikat Sumba. Pola hiasan tersebut diambil dari lambang kerajaan Belanda yang tercetak pada uang logam Belanda.
3.     Perabot Rurnah Tangga
Perabot rumah tangga bergaya Eropa muncul pertama kali di kalangan istana. Perabot bergaya Eropa mulai digunakan di lingkungan istana karena Sultan tidal( dapat menerima perbedaan yang kontrasantara dirinya dan orang-orang Eropa. Orang Eropa duduk ditempat yang tinggi, seperti kursi atau sofa, sedangkan dirinya duduk di lantai atau tikar. Akhirnya, Sultan pun mulai menggunakan' kursi, terutama di tempat kegiatan, serta saat Sultan dan pegawai Belanda muncul bersamaan:
Perabotan rumah tangga asli didatangkan kalangan istana dan orang-orang kaya dari Eropa serta digunakan sebagai lambang kebesaran. Pola-pola hiasnya kemudian ditiru oleh para perejin lokal. Hinggasekarang,rurnah-rumah dan perabotan orang Indonesia.banyak mengandung unsur arsitektur yang rnencei-minkan kebesaran pemerintahan Belanda.
F. Latar Belakang Sosial Budaya Seni Rupa Nusantara
Karya seni adalah hasil ciptaan seorang seniman yang hidup di dalam masyarakat. Dalam mencipta sebuah karya seni, seorang seniman dipengaruhi latar belakang kehidupan sosial budaya masyarakat tempat is hidup. Oleh sebab itu, latar belakang sosial budaya masyarakat menjadi sangat penting dalam memahami karya seni.
Kesenian Nusantara merupakan kesenian yang diciptakan oleh masyarakat Nusantara dengan latar belakang sosial dan budaya yang, sangat beragam. Nusantara merupakan negeri yang terdiri atas beribu ribu pulau yang dipisahkan sekaligus disatukan oleh laut, selat, dan sungai. Letak geografis yang berbeda-beda ini mengakibatkan adanya latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda pula. Kehidupan budaya masyarakat,Jawa berbeda dengan masyarakat Batak, Ambon, Papua, dan lain-lain.
Perbedaan kehidupan sosial budaya tidak hanya ditebabkan Oleh letak geografis yang berbeda, tetapi juga disebabkan oleh .waktu. Kehidupan sosial budaya masyarakat prasejarah berbeda dengan masyarakat zaman klasik,•pertengahan, dan modern. Kita sering.tnengatakanbahwa manusia
tidak memiliki kebudayaan. Sebenarnya, panda* ini;:.kuranitepat: Masyarakat.primitif.juga peradaban dan kebudayaan sendiri. Namun, ada p4bedaaniika dibandingkan dengan peradaban dan kebudayaan kita sekarang.
Ptah karena letak geografis dan waktu yang berbeda, kesenian-Nusantara juga berbeda-beda di setiap
daerah dan waktu. Motif batik Sunda, Misalnya,,berbeda.dengan motif batik Jawa. Di Sunda dikenO1'
wayang golek, tetapi di Jawa dikerial wayang kulit:Tari7tarian ritual rriasyarakat Asmat di Papua berbeda
dengan taritarian ritual suku Dayak di Kalimantan. Dernikianseterusnya, masing-masing daerah mernilik kesenianl khas daerahnya.
Sementara itu, sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelurnnya, kesenian-masyarakat prasejarah berbeda dengan kesenian zaman klasik dan zaman pertengahan. Lukisan-lukisan binatang yang dianggap, keramat seperti kepala Makara hanya dimiliki masyarakat prasejarah. Seandainya lukisan itu muncut pada zaman klasik atau partengahan, motif dan fungsinya pun sudah berbeda. Wayang yang muncul pada zaman klasik sebagai kesenian Hindu-Buddha, ternyata juga memiliki fungsi yang berbeda ketika ia muncul pada zaman pertengahan. Kesimpulannya, latar belakang kehidupan masyarakat sangat berpengaruh pada karya seni yang diciptakan:

ULANGAN HARIAN
Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, d, atau e pada jawaban yang paling benar!
1.        Rasa duka atas kematian sekaligus penghormatan terhadap arwah leluhur, sebagaimana
dijumpai dalam lukisan di gua-gua pada zaman prasejarah digambarkan oleh lukisan
a.            kaki
b.           pohon
c.            nisan
d.           bunga kemboja
e.            tangan
2.        Fetis adalah benda bertuah yang dijadikan jimat untuk
a.   melindungi pemakainya dari gangguan atau bahaya
b.   memberikan keperkasaan dan kesaktian pada pemakainya
c.   memberikan kekayaan pada pemakainya
d.   memberikan umur panjang pada pemakainya
e.   tanda pengenal kepala suku
3.        Pada zaman Hindu, motif yang paling sering dipakai dalam pelbagai karya seni adalah bunga teratai atau padma. Hal yang tidak disimbolkan dari motif ini adalah
a.  singgasana keilahian yang paling tinggi
b. kelahiran jagat raga dan kelahiran Sang Buddha
c.  kebenaran yang hakiki
d. pusat energi yang suci dan keramat
e.  cinta dan asmara para dewa kepada manusia


4.        Motif lain yang dipakai adalah kinara, yakni sejenis
a.        makhluk setengah manusia setengah burung yang melambangkan Makhluk halus (dewa) penghuni bumi
b.       makhluk setengah manusia setengah burung yang melambangkan makhluk halus (dewa penghuni langit
c.        makhluk setengah manusia setengah singa yang melarnbangkan makhluk halus (dewa) penghuni burni
d.       makhluk setengah manusia setengah singa yang melambangkan makhluk halus (dewa) penghuni langit
e.       makhluk setengah manusia setengah burung yang melambangkan makhluk halus (dewa) penghuni lautan
5.        Motif-motif yang dilarang dalam seni Islam adalah
a.        batu-batuan
b.       masjid
c.        langit dan awan
d.       wayang
e.       makhluk hidup
6.        Desain struktur batu nisan dari makam tua biasanya berbentuk dekorasi mirip dengan bentuk mahkota pintu gerbang candi yang dibentuk oleh motif ....
a.        kala jana
b.       kala nikara
c.        kala wisesa
d.       kala makara
e.       kala benda
7.        Di Masjid Kalinyamat Jepara, Jawa Tengah terdapat pahatan batu gamping di dinding yang berupa ragam hias berrnotif
a.        batu dan pepohonan
b.       batu dan awan
c.        pepohonan dan awan
d.       awan dan bunga
e.       batu dan bunga
8.        8   Batik produksi pengusaha Gina cenderung beraneka warna dan berwarna terang. Pewarna yang digunakan adalah
a.                     lilin
b.                    getah darnar
c.                     tints
d.                  gandarukem
e.                   indigosol
9.        Dalam seni arsitektur, gedung ITB merupakan perpaduan antara gaya arsitektur
a.  Jawa dan Eropa
b.  Toraja dan Eropa
c.  Sunda Besar dan Eropa
d.  Toraja dan Sunda
e.  Batak dan Eropa
10.    Ragam hias singa yang terdapat pada wastra ikat Sumba diambil dari lambang
a.     Kerajaan Belanda yang tercetak pada uang logam Belanda
b.    Kerajaan Portugis yang tercetak pada uang logarn Portugis
c.     Kerajaan 13elanda yang tercetak pada bendera Belanda
d.    Kerajaan Portugis yang tercetak pada bendera Portugis
e.     suku Sumba
11.    Benda-benda seni yang berciri khas Islam antara lain ....
a.  tembikar
b.  kaligrafi
c.  patung
d.  anyarnan
e.  ukiran
12.    Yang bukan motivasi awal membatik adalah
a.   kegiatan sambilan wong cilik
b.   'komoditas
c.   tradisi kalangan bangsawan
d.   usaha dagang orang Cina
e.   ritual
13.    Pada dasamya kaligrafi adalah seni
a.  menulis
b.  melukis
c.  mengaji
d.  beribadah
e.  merpahat
14.    Pemasangan hiasan piring di dinding-dinding masjid adalah bukti pengaruh kebudayaan
a.  Cina
b.  Arab
c.  India
d.  Hindu
e.  Buddha
15.    Candi di Indonesia yang mendapat pengaruh arsitektur Cina adalah Candi ....
a.   Panataran                                                                      d. Sukuh
b.   Borobudur                                                                     e. Mendut
c.   Prambanan
16.    Yang bukan jenis wayang yang bernapaskan Islam yaitu wayang
a.      wahyu
b.     kulit
c.      kayu
d.     krucil
e.      golek
17.    Karya seni yang diciptakan sangat dipengaruhi oleh
a.   latar belakang kehidupan masyarakat
b.   intelektual masyarakat
c.   kebutuhan masyarakat
d.   kondisi geografis masyarakat
e.   tingkat ekonomi masyarakat
18.    Pengaruh Cina terdapat pada batik yang dibuat di Pantai Utara Jawa. Yang bukan gambar dan corak pengaruh Cina yaitu
a.      rnenggunakan corak terang
b.     bergarnbar burung dan bunga
c.      bergambar daun
d.     bergambar batu
e.      bergambar awan
19.    Pada masyarakat prasejarah, lukisan cap tangan bagi suatu daerah (tempat) bermakna
a.   milik makhluk halus yang pernah rnenghuni daerah tersebut sebelum kedatangan manusia
b.   penyerahan din pada daerah tersebut sebelum ditempati
c.   mernohon izin pada penghuni tempat tersebut
d.   permohonan maaf pada makhluk halus yang rnenghuni tempat tersebut
e.   bahwa tempattersebut belum pernah dihuni manusia
20.    Benda bertuah yang dijadikan jimat untuk rnelindungi pemakainya dari berbagai gangguan atau bahaya disebut
a.            kinara
b.           motif
c.            fetis
d.           mitos
e.            totem
Jawablah dengan jelas dan benar pertanyaan-pertanyaan di bawah!
21.    Jelaskan yang dirpaksud dengan seni murni dan seni terapan!
22.    Apa yang. Anda ketahui tentang motif swastika, kala, dan makara?
23.    Terdapat dua jenis makara tu,a di Indonesia. Sebutkan dan jelaskan!
24.    Uraikan motivasi-motivasi membatik bagi masyarakat Nusantara!
25.    Jelaskan yang melatarbelakangi keragaman budaya Nusantara!
26.    Apakah yan'g dimaksud dengan fetisisme?
27.    Jelaskan yang dimaksud dengan totemisme!
28.    Apa yang Anda ketahui tentang epik Ramayana dan Mahabarata? Uraikan dengan singkat!
29.    Jelaskan pengaruh Gina dalam perkembangan seni rupa di Indonesia!
Buktikan bahwa unsur budaya Cina tampak jelas.memengaruhi seni arsitektur Indonesia!

Keyword : materi seni budaya kelas x xi xii 10 11 12 kurikulum 2013 terbaru sma smk contoh soal seni rupa

2 comments:

Dhevina Putri said...

Gaada jawabannya?😔

Dhevina Putri said...

Gaada jawabannya?😔

Kami mengharapkan komentar dan kritikan yang membangun, ..