Intisari
Materi
Dalam sejarah
seni kita, tercatat bahwa perkembangan seni di Nusantara dipengaruhi oleh
berbagai budaya, seperti Hindu, Buddha, Islam, Cina, dan Kolonial. Jejak dari
pengaruh budaya tersebut masih terus bertahan hingga kini. Kalian tentu pernah melihat
patung yang bermotif
dewa-dewa atau lukisan berupa kaligrafi Arab. Semua itu menunjukkan adanya
pengaruh dari berbagai budaya tadi. Seni rupa Nusantara terdiri atas seni rupa
murni dan seni rupa terapan. Seni rupa murni adalah seni yang dibuat untuk
mengekspresikan nilai budaya dan keindahan. Artinya, seni rupa murni tidak
memiliki fungsi lain selain sebagai hiasan. Bentuk-bentuk seni rupa dalam kategori ini, antara lain seni
lukis dan seni patung
A. Seni Rupa
Zaman Prasejarah
Bentuk seni rupa pada masa prasejarah
pada umumnya berupa lukisan dinding yang ada di dalam gua. Lukisan dinding di
dalam gua berhubungan dengan adanya kepercayaan manusia masa itu
tentang dunia gaib dan pekerjaannya. Mereka juga banyak melukis binatang buruan. Mereka percaya bahvva kegiatan melukis dan lukisan itu sendiri memancarkan kekuatan magis yang akan memengaruhi binatang yang akan mereka buru. Selain binatang, objek lain yang sering mereka lukis di gua adalah gambar tangan atau sosok manusia. Penggambaran tangan ini bisa diartikan sebagai ungkapan rasa duka atas kematian sekaligus penghormatan terhadap arwah leliihur. Di samping itu, lukisan tersebut juga bisa dihubungkan, dengan kepercayaan mereka, yaitu bahwa cap tangan adalah milik makhluk halus yang pernah menghuni daerah tertentu sebelum claerah tersebut dihuni oleh manusia. Hal itu berhubungan dengan tradisi yang ada di masyarakat. Pada masyarakat Papua misalnya, kaum wanita akan memotong jarinya sebagai tanda berduka cita. Selain itu, lukisan sosok manusia bisa diinterpretasikan sebagai makhluk halus, atau mungkin juga suatu adegan mitologis yang sekarang sudah dilupakan orang. Jenis ekspresi lain seni rupa zaman prasejarah adalah karya berbentuk topeng, perisai, dan patung nenek moyang. Lambang-larnbang arwah sering muncul dalam bentuk motif yang menghiasi karya-karya seni tersebut. Benda-benda ini biasanya dipakai untuk keperluan upacara-upacara yang diperingati pada saatsaat tertentu, serta upacara kehiduparw dan kematian. Hiasan semacam ini sampal sekarang masih dapat dijumpai clalam masyarakat yang ma's,` rnelanjutkan tradisi prasejarah tersebut. Mereka adalah penduduk asli daerah tertentu yang jauh dari wilayah pemukiman baru (desa dan kota).Penduduk asli masih patuh mempraktikkan cara-cara lama sesuai dengan adat-istiadat yang pernah diturunkan nenek moyangnya. Bentuk kesenian lainnya adalah fitisisme dan totemisme. Fetis adalah benda bertuah yang dijadikan jimat untuk melindungi pemakainya dari berbagai gangguan atau bahaya. Totem pada umumnya berupa sosok setengah manusia dan setengah binatang yang dijelmakan dalam bentuk hiasan, lukisan, dan patung. Pada mulanya, karya-karya seni yang diilhami tradisi animis-magis itu banyak.
tentang dunia gaib dan pekerjaannya. Mereka juga banyak melukis binatang buruan. Mereka percaya bahvva kegiatan melukis dan lukisan itu sendiri memancarkan kekuatan magis yang akan memengaruhi binatang yang akan mereka buru. Selain binatang, objek lain yang sering mereka lukis di gua adalah gambar tangan atau sosok manusia. Penggambaran tangan ini bisa diartikan sebagai ungkapan rasa duka atas kematian sekaligus penghormatan terhadap arwah leliihur. Di samping itu, lukisan tersebut juga bisa dihubungkan, dengan kepercayaan mereka, yaitu bahwa cap tangan adalah milik makhluk halus yang pernah menghuni daerah tertentu sebelum claerah tersebut dihuni oleh manusia. Hal itu berhubungan dengan tradisi yang ada di masyarakat. Pada masyarakat Papua misalnya, kaum wanita akan memotong jarinya sebagai tanda berduka cita. Selain itu, lukisan sosok manusia bisa diinterpretasikan sebagai makhluk halus, atau mungkin juga suatu adegan mitologis yang sekarang sudah dilupakan orang. Jenis ekspresi lain seni rupa zaman prasejarah adalah karya berbentuk topeng, perisai, dan patung nenek moyang. Lambang-larnbang arwah sering muncul dalam bentuk motif yang menghiasi karya-karya seni tersebut. Benda-benda ini biasanya dipakai untuk keperluan upacara-upacara yang diperingati pada saatsaat tertentu, serta upacara kehiduparw dan kematian. Hiasan semacam ini sampal sekarang masih dapat dijumpai clalam masyarakat yang ma's,` rnelanjutkan tradisi prasejarah tersebut. Mereka adalah penduduk asli daerah tertentu yang jauh dari wilayah pemukiman baru (desa dan kota).Penduduk asli masih patuh mempraktikkan cara-cara lama sesuai dengan adat-istiadat yang pernah diturunkan nenek moyangnya. Bentuk kesenian lainnya adalah fitisisme dan totemisme. Fetis adalah benda bertuah yang dijadikan jimat untuk melindungi pemakainya dari berbagai gangguan atau bahaya. Totem pada umumnya berupa sosok setengah manusia dan setengah binatang yang dijelmakan dalam bentuk hiasan, lukisan, dan patung. Pada mulanya, karya-karya seni yang diilhami tradisi animis-magis itu banyak.
B. Seni Rupa
Zaman Hindu-Buddha
Mitologi
India berpengaruh kuat terhadap seni Nusantara,.terutarna di Pulau Jawa dan
Bali. Di Bali, dewa-dewi dan tokoh-tokoh Hindu sering digambarkan dalam karya seni.
Selain itu meskipun Jawa dan
Bali telah berada
dalam era agama Islam, epik Ramayana dan
Mahabarata tetap menjadi sumber inspirasi dan tema dalarn karya seni didaerah
tersebut, terutama dalam Seni
pertunjukan wayang.
C. Seni Rupa
Zaman Islam
Zaman pertengahan ditandai dengan masiaknya agama Islam pada abad
ke-13 M. Sebenarnya, Islam sudah mulai
masuk pada abad ke-7
M. Akan tatapi,
pada abad ini hubungan yang terjadi antara masyarakat dari pendatang beragama
Islam itu sebatas hubungan dagang.
Penyebaran Islam di Nusantara baru mulai dilakukan pada lima atau enam abad
kemudian.
Awalnya, para penyebar agama Islam itu berasal dari luar Nusantara, antara
lain dari Persia dan Gujarat. Selanjutnya, banyak masyarakat Nusantara
sendiri yang mempelajari Islam secara Mendalam dan kemudian menjadi penyebarnya
juga. Sembilan wali yang terkenal dengan sebutan Wali Songo merupakan penyebar Islam di
tanah Jawa.
1.
Seni Kaligrafi
Salah satu
jenis karya seni rupa Islam yang menonjol adalah kaligrafi. Seni kaligrafi
adalah seni menulis. Kaligrafi merupakan jenis kesenian Islam yang tersebar
luas di Nusantara dan menyatu dengan
kesenian tradisional. Perpaduan seni. kaligrafi dengan seni tradisional Indonesia
(Hindu/Buddha) itu dapat
dikatakan sebagai perwujudan
kasenian Islam di Nusantara. Kesenian tersebut bisa kita lihat pada
pintu gerbang masjid, istana, dan hiasan pada keris. Kaligrafi
juga dapat ditemukan pada bendera dan
Panji-panji kerajaan Islam. Dalam seni busana, kaligrafi muncul sebagai motif hias kain batik,
khususnya kain batik yang digunakan untuk upacara tertentu. Sementara
itu, dalam bentuk yang lebih canggih, ada pula kaligrati yang merupakan kutipan
ayat-ayat Alquran. Kaligrafi tersebut rnenjadi ornamen bangunan masjid
pada umumnya
di Indonesia,
seperti yang terlihat pada dinding mihrab, langit-langit masjid, atau pada mimbar. Teknik pembuatannya
beraneka ragam. Ada yang dua dimensi, ada pula yang tiga dimensi. Gayanya dekoratif dan
kaya warna.
Di Cirebon,
terdapat kaligrafi dalam lukisan kaca yang sangat berbeda dengan kaligrafi dan
kesenian Islam umumnya.
Susunan kaligrafi yang berbentuk kutipan ayat Alquran itu membentuk sebuah sosok
yang Menggambarkan tokoh pewayangan. Karya tersebut merupakan
contoh seni kaligrafi yang
berpadu dengan karya seni pengaruh Hindu, Buddha, dan China. Kebiasaan membuat lukisan
kaca yang pada mulanya merupakan
tradisi
kerajaan, menyebar ke luar istana.
Sampai sekarang, lukisan kaca Cirebon dengan acuan yang sama masih
benar-benar sebagai lukisan tradisional.
2. Makam
Di
Indonesia, paninggalan seni rupa Islam paling tua ditemukan di Sumatra, di
bekas Kerajaan Pasai Peninggalan itu berupa batu
nisan dan kuburan
Islam yang diperkirakan berasal dari abad ke13 Masehi. Batu nisan berukir itu
terbuat dari pualam, rnengandung tulisan Arab dan dipenu hi dengan. hiasan.
Hagil seni rupa Islam dalam bentuk pahatan pualarn itu berasal dan
kesenianIslarn yang ada di India. Di India sendiri, seni bangunan berornamen
Islam yang berkembang bUkanlah masjid, melainkan makam. Meskipun sempat
menyebar ke Palembang dan Pulau Jawa, seni bangunan makam dengan pahatan yang
berornamen khas India tersebut tidak berkembang di Nusantara.
Kompleks
pemakaman keluarga raja dan para keturunannya`rnerupakan bagian lain dari
peninggalan peradaban awal Islam di Nusantara. Hiasan yang menonjol adalah
berupa motif kaligrafi Arab dart motif flora. Motif-motif lain yang
menggarnbarkan makhluk hidup dilarang, sesuai dengan ajaran agarna Islam.
Pengaruh
Islam juga tampak pada bentuk dan hiasan makam, seperti yang ada di Samudera
Pasai (Aceh Utara) dan di Gresik. Makam yang terdiri dari bOrtgunan bawah (kijing)
dan bangunan atas (nisan atau maesan), pada umumnya bersifat dekoratif
dan dihiasi tulisan Arab. Biasanya, bahan untuk kijing adalah batu
pualam yang disusun secara bertumpuk menyerupai bangunan punden dari zaman
Megalitik, sedangkan nisan terbuat dari totigkat batu.
Terdapat dua
jenis makam tua di Indonesia. Pertarna, jenis yang mempunyai ciri
bangunan lama (pra-Islam).
Kedua, jenis makam yang dipengaruhl oleh bentuk dan motif yang berasal
dari luar Nusantara. Jenis makam pertama ditemukan di. Troloyo, Jawa
Timur. Pengaruh seni Majapahit terlihat pada bentuk hiasan pada batu nisan
makam yang menampilkan motif tanaman dan diselingi dengan motif geometrik.
Hiasan tersebut tampak seperti bentuk meander dan tumpal yang terdapat pada
hiasan candi. Desain struktur batu nisan dari makain tua'itu kebanyakan
berbentuk dekoratif. Bentuk isi mirip ciengan bentuk mahkota pintu gerbang
candi yang bermotif kala makara.
Janis makam
tua kedua yaitu yang memiliki ciri-ciri dari luar Nusantara berasal dari
Kambaya di Gujarat. 'Contoh makam jenis ini adalah makam Sultan Malik 'as Saleh
di Samudera Pasai clan rnakam Malik Ibrahim. Pada kedua makam tersebut terdapat
hiasan mahkota dengan motif daun dan bunga yang disusun sedernikian rupa hingga
membentuk mahkota puncak atap.
3.
Wayang
Pertunjukan
wayang di Indonesia bukan saja sebuah kesenian, melainkan juga sumber nilai.
Wayang, dalam perkembangannya sebagai sumber nilai, menyerap berbagai ajaran
tentang penghormatan kepada alam, nenek moyang, dan para dewa-devvi.
Penghormatan itu dilakukan oleh manusia sebagai keinginan dasar untuk berhubungan
clengan kekuatan adikodrati (supranatural), kepemimpinan, dan kepahlawanan.
Selain itu, penghormatan semacam itu juga dilakukan sebagai bentuk hubungan
manusia dengan Tuhan, dan juga hubungan manusia clengan manusia lain. Kesenian
wayang pada intinya memuat ajaran keagamaan dan kehidupan. Wayang selalu
berubah dan menyesuaikan did dengan konteks keasgamaart dan zamannya. Pada masa penyebaran agama
Hindu-Buddha dan juga Islam atau Kristen, kesenian wayang selalu dimanfaatkan
sebagai media yang popular dan efektif untuk dakwah keagamaan.
Meskipun
sudah berkembang sejak masa Hindu-Buddha, kesenian wayang di Jawa mendapat
sentuhan kreatif pada masa Islam. Sentuhan ini bukan saja terdapat pada
bentuknya, melainkan juga pada tema-temanya. Meskipun begitu, wayang tetap
rnangandung pakem-pakern cerita utama, seperti Mahabarata dan Ramayana.
Kesenian wayang pada masa penyebaran Islam di Jawa telah menjadi alas
dakwah dan pendidikan yang paling efektif. Hal. ini disebabkan karena wayang
telah hidup dan diterirna masyarakat path masa pra-Islam. Kesenian ini terus
hidup clalam berbagai bentuk
perkembangannya sampai sekarang.
Dari
kesenian wayang yang bemapaskan Islam tersebut, lahirlah sejumlah jenis wayang
lain, antara lain wayang kulit, wayang beber, wayang kayu, wayang krucil, dan
wayang golek. Kini, beberapa kelompok masyarakat masih memandang wayang sebagai
sumber nilai kehidupan dan keaganiaan. Sebagian kelon-ipok
masyarakat yang lain melihat wayang sebagai suatu karya seni pertunjukan yang
menarik karena mengandung kekayaan komponen artistik.
4.
Batik
Seperti
halnya kesenian wayang, batik telah menjadi bagian dari kekayaan seni rupa
tradisional di Nusantara, jauh sebelum Islam masuk. Mitos paling awal tentang
batik sudah ada sejak sekitar tahun 700 Masehi. Mitos tersebut bercerita
tentang istri Pangeran Jenggala, Lembu Ami Luhur. Dia seorang putri dari
Coromandel. la mengajari orang Jawa menenun, membatik, dan mewarnai kain. Sejak
itu, kain batik dengan berbagai motif tertentu menjadi bagian dari identitas
busana dan budaya raja, perrnaisuri, dan keluarga istana pada masa kerajaan
Hindu. Namun, catatan tertulis tentang batik baru muncul pada tahun 1518, di
wilayah Galuh di bagian barat laut Jawa.
Pada masa
Islam, batik terus berkembang, terutama dalam kekayaan motif dan arti
perlambangnya. Pada masa Islam, motif animisme dan hinduisme yang muncul pada
masa kerajaan Hindu diperkaya dengan motif kaligrafi Arab, masjid, Ka’bah, dan
permadani. Di samping itu, pengaruh Cina juga sangat kental dalam motif batik.
Dalam sebuah cerita disebutkan bahwa Sultan Agung, Raja Islam pertama Mataram
(1613-1645), memakai batik dengan motif burung Huk. Dalam mitologi Cina, burung
Huk melambangkan keberuntungan.
Pada masa
Islam dan masa sebelumnya, tradisi batik memang cenderung menjadi bagian dari
tradisi istana. Namun dalam perkembangannya, ketika nilai-nilai keistanaan
meluntur, nilai-nilai batik menjadi lebih memasyarakat. Batik pun dibuat dan
dipakai oleh banyak kalangan. Hasanuddin, dalam bukunya yang berjudul Batik
Pesisiran, menyebutkan
bahwa kegiatan membatik didasarkan
pada lima motivasi dasar yaitu,
a.
Membatik sebagai kegiatan sambilan wong cilik.
b.
Kegiatan membatik sebagai komoditas.
c.
Membatik sebagai tradisi kalangan bangsawan.
d.
Kegiatan membatik sebagai usaha dagang orang Cina dan
Indo-Belanda yang ragam hias dan fungsinya diperuntukkan bagi kalangan
terbatas.
e.
Membatik sebagai kebutuhan seni atau desain dengan konsep
kontemporer.
D. Seni Rupa
Pengaruh Cina
Kebudayaan Cina turut mernberikan pengaruh penting dalam perkembangan seni
rupa di Indonesia. Meskipun tidak sebesar pengaruh budaya Hindu, Buddha, dan
Islam, budaya seni Cina cukup banyak dan membaur dengan bentuk-bentuk seni
setempat. Pembauran itu berlangsung dalam proses asimilasi dan pencangkokan.
Pada hakikatnya, pengaruh tersebut semata-mata hanya terdapat pada aspek
kebendaan. Artinya, pengaruh Gina pada kesenian Nusantara hanya terdapat pada
bentuk atau model, dan tidak terdapat pada aspek keagarnaan dan sosial-budaya.
Ditinjau
dari aspek sejarah, pengaruh budaya Cina mulai masuk ke Nusantara pada tahun
250 dan 400 Masehi, yakni ketika lalu lintas perdagangan Indonesia Cina
terjalin. Hubungan pertama berlangsung di daerah-daerah pesisir atau kota-kota
pelabuhan tempat para saudagar Cina tinggal. Ada banyak saudagar yang datang
dan menikah dengan masyarakat setempat. Selain hubungan perdagangan, hubungan
politik pun ikut memberikan peran dalam percampuran seni ini. Hubungan itu
terlihat melalui pengiriman putri-putri Cina sebagai mempelai bagi penguasa Indonesia.
Putri-putri Cina tersebut membawa sejumlah besar koleksi artefak Cina yang
kemudian memengaruhi seni kerajinan Indonesia. Jejak-jejak pengaruh budaya Cina
dapat dilihat dalarn seni-seni berikut ini.
1.
Arsitektur
Unsur budaya
Cina tampak jelas memengaruhi seni arsitektur Indonesia. Hal ini dapat dilihat
pada bangunan tempat-tempat ibadah. Tempat-tempat ibadah ini memperlihatkan
adanya penggabungan gaya setempat dengan konsep dan ragam hias Cina. Di Masjid
Kalinyamat yang terletak di Jepara, Jawa Tengah misalnya, terdapat pahatan batu
gamping di dinding yang menggambarkan ragam hias batu dan awan khas Gina.
Demikian juga dalam hiasan-hiasan (relief) candi-candi.. Relief beberapa candi
di Jawa Timur, seperti Candi Jalatuda yang dibangun pada abad ke-10,
rnenampakkan pengaruh Cina dalam bentuk liku-liku yang meliuk dan ragam hias
awan. Ragam hias pada Candi Jalatuda ini juga terdapat pada karya-karya
arsitektur zarnan Majapahit (abad ke-13-16 M), seperti pada Candi Panataran.
Di Bali,
unsur arsitektural Cina ditemukaen
pada pura-pura dan beberapa istana. Istana Gianyar, rnisalnya, memperlihatkan
hubungan yang kuat antara budaya Gina dan budaya masyarakat setempat, terutama
pada atapnya, Selain pada atap, pengaruh Cina juga terdapat pada hiasan pintu
gerbang keraton yang berupa pola awan dan bebatuan (mega mendung dan wadasan).
Pola ini tampak pada Keraton Kasepuhan dan Taman Sunyaragi, Cirebon.
Ciri lain
yang menunjukkan pengaruh budaya Cina adalah pernasangan piring-piring Cina di
dinding istana dan masjid. Meskipun pemasangan piring-pining tersebut
dimaksudkan agar selaras dengan ubin bermotif-Islam, ragam bias yang, terdapat
dalam masjid di Banten, Demak, Kudus, Jepara, ,Cirebon, dan Tuban murni ragam hias Cina. Selain di gerbang
istana, di gerbang makam pun terlihat adanya keterpengaruhan itu. Di gerbang
makam Sunan Bonang misalnya, memiliki warna merah dan emas, serta pola ukiran
yang khas dari Gina.
2.
Pola Wastra
Pada abad
ke-18 dan ke 19, perdagangan batik di Indonesia berkembang pesat. Oleh karena
kepesatan tersebut, mulailah orang-orang Cina tertarik untuk terjun sebagai
pedagang batik dalam skala kecil maupun besar. Selain terjun sebagai pengusaha,
orang-orang Cina pun mulai merintis dan membuka perusahaan batik sendiri. Para
pekerjanya adalah warga pribumi dengan disiplin kerja yang ketat. Oleh sebab
itu, mutu batiknya cukup baik.
Batik
produksi pengusaha Cina cenderung mengunakan warna-warna terang dan beraneka
ragarn. Pewarna yang digunakan adalah indigosol yang cukup tahan gosokan dan sinar
matahari. Ragam hias batik yang paling popular adalah burung funiks yang
berekor panjang, meander, dan swastika. Ragam hias model ini banyak
dipakai pada selendang lokcan berbahan sutra.
Perkembangan
ragam hias batik Cina dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan selera konsumen.
Di daerah Lasem misalnya, ragam hias batik Cina lebih rumit dan datar. Warna
yang digunakan antara lain merah, biru, ungu, kuning, dan cokelat. Dalam proses
perkembangannya, susunan corak, ragam bias, dan wama batik Cina dan pribumi
saling memengaruhi dan rnelengkapi. Batik yang dibuat di pantai utara Jawa
menggunakan corak terang, serta rnemadukan lukisan burung dan bunga. Hal itu
jelas menunjukkan adanya pengaruh Cina. Batik Cirebon juga dikenal karena
penggunaan pola ragam hias Cina, yaitu awan dan batu, Pengaruh Cina juga
terdapat pada sarung songket yang berbenang emas dari Bali dan Sumatra serta
kain perada Bali,
3.
Perabot atau Benda-Benda Rutnah Tangga
Pada
mulanya, masyarakat Indonesia tradisional menjadikan lantai dan tikar sebagai
tempat duduk dan berkumpul. Namun,
keadaan itu berubah sejak abad ke-16 M Para bangsawan istana pada masa itu mulai
menggunakan kursi dan sofa sebagai tempat duduk. Perabotan taman, hiasan
keramik, clan pot bunga ditiru dari berbagai sumber yang sebagian besar berasal
dari Gina. Beberapa di antaranya berukiran rumit.
E. Seni Rupa
Pengaruh Kolonial
Kedatangan
bangsa Eropa di Nusantara pada abad ke-1 6 M telah memberikan pengaruh yang
cukup luas terhadap berbagai aspek kehithipan, termasuk seni. Dalam bidang
seni, pengaruh tersebut dapat dilihat, antara lain pada seni arsitektur, busana
dan wastra, serta perabot rumah tangga.
1. Arsitektur
Dalam seni
arsitektur, pengaruh gaya Eropa meninggalkan jejak yang cukup banyak. Pengaruh
gaya Belanda, misalnya, dapat ditemukan hampir di seluruh Nusantara, misalnya
berupa ubin, jendela kaca timah, atap kaca, serta terali besi yang ditempa.
Arsitektur itu dipadukan dengan gaya arsitektur tradisional. Begitu pula
sebaliknya, arsitek-arsitek Belanda pun mencoba memadukan gaya tradisional
Nusantara dengan gaya Eropa dalam bangunan-bangunan yang mereka rancang. Bu kti
perpaduan yang mereka lakukan dapat dilihat pada gedung-gedung di Institut
Teknologi Bandung (ITB). Atap gedung ITB merupakan adaptasi kreatif atap bangunan
tradisional Sunda Besar. Bangunari-bangunan lainnya merupakan gaya Eropa.
Seim
mencampurkan gaya tradisional Nusantara pada bangunan Eropa, orang-orang
Belanda pun mencoba mencampurkan gaya Timur Tengah. Hal itu dapat dillhat,
misalnya pada bangunan Masjid Baiturrachrnan, Banda Aceh.
2. Busana
Pengaruh
Eropa dalam seni busana terdapat pada busana-busana istana untuk upacara
kerajaan atau busana resmi. Misalnya, pada busana kenegaraan abdi dalem yang
mengiringi kerela kuda Sultan Yogyakarta dan Surakarta dalam iring-iringan
upacara. Busana tersebut berupa kaus kaki sutra, sepatu, gesper dan jas beludru
yang dihiasi dengan jalinan berpita emas.
Dalam pola
wastra tampak pula perpaduan ragam hias asing dengan ragam his tradisional
setempat, balk tenun maupun batik. Misalnya, ragam hiasan singa pada wastra
ikat Sumba. Pola hiasan tersebut diambil dari lambang kerajaan Belanda yang
tercetak pada uang logam Belanda.
3. Perabot
Rurnah Tangga
Perabot
rumah tangga bergaya Eropa muncul pertama kali di kalangan istana. Perabot
bergaya Eropa mulai digunakan di lingkungan istana karena Sultan tidal( dapat
menerima perbedaan yang kontrasantara dirinya dan orang-orang Eropa. Orang
Eropa duduk ditempat yang tinggi, seperti kursi atau sofa, sedangkan dirinya
duduk di lantai atau tikar. Akhirnya, Sultan pun mulai menggunakan' kursi,
terutama di tempat kegiatan, serta saat Sultan dan pegawai Belanda muncul
bersamaan:
Perabotan
rumah tangga asli didatangkan kalangan istana dan orang-orang kaya dari Eropa
serta digunakan sebagai lambang kebesaran. Pola-pola hiasnya kemudian ditiru
oleh para perejin lokal. Hinggasekarang,rurnah-rumah dan perabotan orang
Indonesia.banyak mengandung unsur arsitektur yang rnencei-minkan
kebesaran pemerintahan Belanda.
F. Latar
Belakang Sosial Budaya Seni Rupa Nusantara
Karya seni
adalah hasil ciptaan seorang seniman yang hidup di dalam masyarakat. Dalam
mencipta sebuah karya seni, seorang seniman dipengaruhi latar belakang
kehidupan sosial budaya masyarakat tempat is hidup. Oleh sebab itu, latar
belakang sosial budaya masyarakat menjadi sangat penting dalam memahami karya
seni.
Kesenian
Nusantara merupakan kesenian yang diciptakan oleh masyarakat Nusantara dengan
latar belakang sosial dan budaya yang, sangat beragam. Nusantara merupakan
negeri yang terdiri atas beribu ribu pulau yang dipisahkan sekaligus disatukan
oleh laut, selat, dan sungai. Letak geografis yang berbeda-beda ini
mengakibatkan adanya latar belakang sosial budaya yang berbeda-beda pula.
Kehidupan budaya masyarakat,Jawa berbeda
dengan masyarakat Batak, Ambon, Papua, dan lain-lain.
Perbedaan
kehidupan sosial budaya tidak hanya ditebabkan Oleh letak geografis yang
berbeda, tetapi juga disebabkan oleh .waktu. Kehidupan sosial budaya masyarakat
prasejarah berbeda dengan masyarakat zaman klasik,•pertengahan, dan modern.
Kita sering.tnengatakanbahwa manusia
tidak
memiliki kebudayaan. Sebenarnya, panda* ini;:.kuranitepat:
Masyarakat.primitif.juga peradaban dan kebudayaan sendiri. Namun, ada
p4bedaaniika dibandingkan dengan peradaban dan kebudayaan kita sekarang.
Ptah karena
letak geografis dan waktu yang berbeda, kesenian-Nusantara juga
berbeda-beda di setiap
daerah dan waktu. Motif batik Sunda, Misalnya,,berbeda.dengan motif batik Jawa. Di Sunda dikenO1'
wayang golek, tetapi di Jawa dikerial wayang kulit:Tari7tarian ritual rriasyarakat Asmat di Papua berbeda
daerah dan waktu. Motif batik Sunda, Misalnya,,berbeda.dengan motif batik Jawa. Di Sunda dikenO1'
wayang golek, tetapi di Jawa dikerial wayang kulit:Tari7tarian ritual rriasyarakat Asmat di Papua berbeda
dengan
taritarian ritual suku Dayak di Kalimantan. Dernikianseterusnya, masing-masing
daerah mernilik kesenianl khas
daerahnya.
Sementara
itu, sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelurnnya, kesenian-masyarakat
prasejarah berbeda dengan kesenian zaman klasik dan zaman pertengahan.
Lukisan-lukisan binatang yang dianggap, keramat seperti kepala Makara hanya
dimiliki masyarakat prasejarah. Seandainya lukisan itu muncut pada zaman klasik
atau partengahan, motif dan fungsinya pun sudah berbeda. Wayang yang muncul
pada zaman klasik sebagai kesenian Hindu-Buddha, ternyata juga memiliki fungsi
yang berbeda ketika
ia muncul pada zaman pertengahan. Kesimpulannya, latar belakang kehidupan
masyarakat sangat berpengaruh pada karya seni yang diciptakan:
ULANGAN HARIAN
Berilah
tanda silang (x) huruf a, b, c, d, atau e pada jawaban yang paling benar!
1.
Rasa duka atas kematian sekaligus penghormatan terhadap
arwah leluhur, sebagaimana
dijumpai dalam lukisan di gua-gua pada zaman prasejarah digambarkan oleh lukisan
dijumpai dalam lukisan di gua-gua pada zaman prasejarah digambarkan oleh lukisan
a.
kaki
b.
pohon
c.
nisan
d.
bunga kemboja
e.
tangan
2.
Fetis adalah benda bertuah yang dijadikan jimat untuk
a. melindungi
pemakainya dari gangguan atau bahaya
b. memberikan
keperkasaan dan kesaktian pada pemakainya
c. memberikan
kekayaan pada pemakainya
d. memberikan
umur panjang pada pemakainya
e. tanda
pengenal kepala suku
3.
Pada zaman Hindu, motif yang paling sering dipakai dalam
pelbagai karya seni adalah bunga
teratai atau padma.
Hal yang tidak disimbolkan dari motif ini adalah
a. singgasana
keilahian yang paling tinggi
b. kelahiran
jagat raga dan kelahiran Sang Buddha
c. kebenaran
yang hakiki
d. pusat energi
yang suci dan keramat
e. cinta dan
asmara para dewa kepada manusia
4.
Motif lain yang dipakai adalah kinara, yakni
sejenis
a.
makhluk setengah manusia setengah burung yang
melambangkan Makhluk halus (dewa) penghuni bumi
b. makhluk
setengah manusia setengah burung yang melambangkan makhluk halus (dewa penghuni
langit
c.
makhluk setengah manusia setengah singa yang
melarnbangkan makhluk halus (dewa) penghuni burni
d. makhluk
setengah manusia setengah singa yang melambangkan makhluk halus (dewa) penghuni
langit
e. makhluk
setengah manusia setengah burung yang melambangkan makhluk halus (dewa)
penghuni lautan
5.
Motif-motif yang dilarang dalam seni Islam adalah
a.
batu-batuan
b. masjid
c.
langit dan awan
d. wayang
e. makhluk
hidup
6.
Desain struktur batu nisan dari makam tua biasanya
berbentuk dekorasi mirip dengan bentuk
mahkota pintu gerbang candi yang dibentuk oleh motif ....
a.
kala jana
b. kala nikara
c.
kala wisesa
d. kala makara
e. kala benda
7.
Di Masjid Kalinyamat Jepara, Jawa Tengah terdapat pahatan
batu gamping di dinding yang
berupa ragam hias berrnotif
a.
batu dan pepohonan
b. batu dan
awan
c.
pepohonan dan awan
d. awan dan
bunga
e. batu dan
bunga
8.
8 Batik produksi
pengusaha Gina cenderung beraneka warna dan berwarna terang. Pewarna yang digunakan adalah
a.
lilin
b.
getah darnar
c.
tints
d.
gandarukem
e.
indigosol
9.
Dalam seni arsitektur, gedung ITB merupakan perpaduan
antara gaya arsitektur
a. Jawa dan
Eropa
b. Toraja dan
Eropa
c. Sunda Besar
dan Eropa
d. Toraja dan Sunda
e. Batak dan
Eropa
10.
Ragam hias singa yang terdapat pada wastra ikat Sumba
diambil dari lambang
a. Kerajaan
Belanda yang tercetak pada uang logam Belanda
b. Kerajaan
Portugis yang tercetak pada uang logarn Portugis
c. Kerajaan
13elanda yang tercetak pada bendera Belanda
d. Kerajaan
Portugis yang tercetak pada bendera Portugis
e. suku Sumba
11.
Benda-benda seni yang berciri khas Islam antara lain ....
a. tembikar
b. kaligrafi
c. patung
d. anyarnan
e. ukiran
12.
Yang bukan motivasi awal membatik adalah
a. kegiatan
sambilan wong cilik
b. 'komoditas
c. tradisi
kalangan bangsawan
d. usaha dagang
orang Cina
e. ritual
13.
Pada dasamya kaligrafi adalah seni
a. menulis
b. melukis
c. mengaji
d. beribadah
e. merpahat
14.
Pemasangan hiasan piring di dinding-dinding masjid adalah
bukti pengaruh kebudayaan
a. Cina
b. Arab
c. India
d. Hindu
e. Buddha
15.
Candi di Indonesia yang mendapat pengaruh arsitektur Cina
adalah Candi ....
a. Panataran d.
Sukuh
b. Borobudur e.
Mendut
c. Prambanan
16.
Yang bukan jenis wayang yang bernapaskan Islam yaitu
wayang
a. wahyu
b. kulit
c. kayu
d. krucil
e. golek
17.
Karya seni yang diciptakan sangat dipengaruhi oleh
a. latar
belakang kehidupan masyarakat
b. intelektual
masyarakat
c. kebutuhan
masyarakat
d. kondisi
geografis masyarakat
e. tingkat
ekonomi masyarakat
18.
Pengaruh Cina terdapat pada batik yang dibuat di Pantai Utara Jawa.
Yang bukan gambar dan corak pengaruh Cina yaitu
a. rnenggunakan
corak terang
b. bergarnbar
burung dan bunga
c. bergambar
daun
d. bergambar
batu
e. bergambar
awan
19.
Pada masyarakat prasejarah, lukisan cap tangan bagi suatu
daerah (tempat) bermakna
a. milik
makhluk halus yang pernah rnenghuni daerah tersebut sebelum kedatangan manusia
b. penyerahan
din pada daerah tersebut sebelum ditempati
c. mernohon
izin pada penghuni tempat tersebut
d. permohonan
maaf pada makhluk halus yang rnenghuni tempat tersebut
e. bahwa
tempattersebut belum pernah dihuni manusia
20.
Benda bertuah yang dijadikan jimat untuk rnelindungi
pemakainya dari berbagai gangguan
atau bahaya disebut
a.
kinara
b.
motif
c.
fetis
d.
mitos
e.
totem
Jawablah
dengan jelas dan benar pertanyaan-pertanyaan di bawah!
21.
Jelaskan yang dirpaksud dengan seni murni dan seni
terapan!
22.
Apa yang. Anda ketahui tentang motif swastika, kala, dan
makara?
23.
Terdapat dua jenis makara tu,a di Indonesia. Sebutkan dan
jelaskan!
24.
Uraikan motivasi-motivasi membatik bagi masyarakat
Nusantara!
25.
Jelaskan yang melatarbelakangi keragaman budaya
Nusantara!
26.
Apakah yan'g dimaksud dengan fetisisme?
27.
Jelaskan yang dimaksud dengan totemisme!
28.
Apa yang Anda ketahui tentang epik Ramayana dan
Mahabarata? Uraikan dengan singkat!
29.
Jelaskan pengaruh Gina dalam perkembangan seni rupa di
Indonesia!
Buktikan bahwa unsur
budaya Cina tampak jelas.memengaruhi seni arsitektur Indonesia!Keyword : materi seni budaya kelas x xi xii 10 11 12 kurikulum 2013 terbaru sma smk contoh soal seni rupa
2 comments:
Gaada jawabannya?😔
Gaada jawabannya?😔
Kami mengharapkan komentar dan kritikan yang membangun, ..