Case 4 : 1000 Yen untuk Teleskop - Syarif Miftahudin's Blog

Wednesday, April 10, 2019

Case 4 : 1000 Yen untuk Teleskop


Malam ini sangat payah, bulan malu-malu menampakan dirinya. Tanpa bulan, tanpa bintang lenganglah sudah angkasa sana.

“Apa aku bisa keluar dari Bumi untuk sekadar mengunjungi Bulan dan mengambil beberapa bintang atau bertanya mengapa mereka enggan muncul beberapa hari terakhir ini.” Suara Romi menyatu dengan hembusan angin malam.

∞∞∞∞∞

Mentari enggan menyambut sang fajar. Pagi ini terasa dingin sekali.

Sayup-sayup Romi mendengar suara langkah kaki yang sudah tidak asing lagi dalam pendengarannya.
Indah, Ina dan Budi telah bergabung menikmati secangkir teh di halaman rumah Romi, meeting point yang santai.

Sebelum membahas misi selanjutnya mereka bercakap-cakap ringan sambil melambungkan mimpi.

“Aku ingin melanjutkan pendidikanku di kota Provinsi,” Indah memulai pembicaraan.

“Untuk apa kau ke provinsi? Mau jadi preman kau disana?” Komentar Budi.

“Di kota provinsi banyak orang mendadak kaya Bud,” lanjut Ina.

“Yups … mendadak kaya dengan mempermalukan diri sendiri. Konyol” Romi terpancing juga dalam pembahasan ini.

“Halah … banyak hal buruk di kota provinsi sana. Atau kau mau jadi simpanan om-om koruptor biar kaya raya?” Pertanyaan sekaligus pernyataan Budi membuat Indah naik pitam.

“Wesss … sembarang kau ngomog Bud. Begini aku tidak akan pergi sendiri,” tukas Indah.

“Lalu?” Tanya Romi.

“Kita, aku sudah punya banyak rencana disana”

“Baiklah kita pikirkan esok hari. Sekarang ini ada hal yang lebih penting” Romi mengambil jalan tengah untuk menunda pembahasan ini. Pindah ke Provinsi artinya mereka akan punya jam terbang yang tinggi.

∞∞∞∞∞

“Apa malam besok kau akan datang ke World Expo Romi?” Tanya Ina.

“Bukan aku! Tentu kita akan datang,” jawab Romi.

“Ini adalah pameran terbesar diseluruh dunia, menampilkan pertunjukan kancah Negara.”  

“Dan apa kalian tahu, disana akan digelar pula simulasi Astronom” Romi menambahkan.

“Wow … “

∞∞∞∞∞

Bermodalkan tiket promo dari salah satu airlines tibalah Romi DKK ke tempat digelarnya world expo di Hongkong.

Setibanya disana ke-empat sekawan ini segera berbaur dengan semua pengunjung lain ber say hay dengan kalimat yang bahkan mereka tidak mengerti. Pengunjung dari seluruh dunia memadati gedung mewah terbuka dengan membiarkan angin malam menjadi pendingin tanpa rekayasa.

Budi menuju Booth yang sedang memamerkan produk unggulan mereka berupa pembasmi tikus. Ia mendengarkan seksama apa yang dikatakan penjual disana, Budi manggut-manggut bagai mengerti dan mendapat pencerahan untuk mengusir para tikus yang bersemayam sejak lama di rumahnya. Entahlah … apa Budi mengerti apa yang sedang diucapkan oleh sang penjual atau tidak, pasalnya booth pembasmi tikus ini milik orang Britania dan Budi tidak bisa berbahasa inggris.


Selang tiga puluh menit Romi, Budi, Indah dan Ina berkumpul disatu titik. Mereka berencana megambil benda yang menjadi pusat perhatian di expo ini. Teleskop terbesar, termahal, tertinggi dan terkuat di dunia. Yups … Romi DKK akan membawanya pulang bagaimana pun caranya. 

Indah yang bertugas sebagai pengalih perhatian kembali ke kerumunan pengunjung, Budi mematikan saluran listrik yang menghubungkan seluruh pusat kota. Malam telah berubah menjadi gelap gulita. Ina berada di booth penemuan alat-alat canggih dan menyalakan salah satunya berupa alat pengguncang tanah dan bangunan. Indah berterik “earthquake earthquake earthquake earthquake,” semua pengujung maupun menyelenggara event kocar-kacir berusaha meninggalkan gedung terbuka ini entah menuju kemana. Saling tubruk menubruk karena gelap, bodohnya mereka tidak terpikir untuk menyalakan center yang ada pada handphone-nya masing-masing. Jangan-jangan ponsel mereka jadul.

Lain dengan Romi DKK yang telah mengenakan kacamata infrared yang bisa melihat dalam keadaan gelap gulita, mereka dengan lancar bergerak demi menuntaskan misi. Ini bukan pencurian! 

Romi mengotak-atik  teleskop yang dimaksud agar mudah dibawa. Beberapa detik kemudian Budi, Indah dan Ina telah bergabung dan bahu-membahu membawa teleskop besar itu menuju rooftop gedung sebelah, disana telah menunggu sebuah helicopter besar yang akan membawa mereka kembali ke Bandara, tidak lupa dengan teleskopnya.

Sebelum menuju rooftop, Romi meninggalkan uang 1000 yen dengan tulisan ‘J’ai paye pour ce telescope’

∞∞∞∞∞

“Ini menegangkan!” Ucap Ina sambil menghembuskan nafas fuh.

“Harusnya aku mengambil pembasmi tikus dan meningalkan koin lira disana. Tapi tidak mengapa karena besok malam aku bisa bicara pada bintang dan menyampaikan pesan pada Tuhan agar tikus-tikus dirumahku dimusnahkan.” 

“Memangnya menurut kau untuk apa alat ini Bud?” Tanya Romi pada Budi, yang lain tersenyum konyol.

“Mendapatkan calling visa dari bintang menuju angkasa raya.” 

“Hahahaha,” semua tertawa melepas lelah yang menegangkan.

∞∞∞∞∞

Malam sudah larut, Romi DKK tertidur pulas sepanjang perjalanan. Ketika terbangung mereka telah berada diluar angkasa.

No comments:

Kami mengharapkan komentar dan kritikan yang membangun, ..