Respon Imun Tubuh Terhadap Infeksi Bakteri - Syarif Miftahudin's Blog

Thursday, December 22, 2022

Respon Imun Tubuh Terhadap Infeksi Bakteri

 

Secara umum respon imun terhadap infeksi bakteri diperankan oleh sistem komplemen, sel-sel fagosit (misalnya makrofag dan neutrofil), antibodi, dan sel T. Ketika jari manusia tertusuk oleh paku atau duri yang merupakan benda-benda yang tidak steril maka kemungkinan akan terkontaminasi oleh bakteri. Akibat dari perlukaan tusukan paku tersebut membuat sistem pertahanan tubuh terluar manusia, yaitu kulit, sudah terbuka sehingga tempat perlukaan tersebut menjadi tempat masuknya bakteri ke dalam tubuh.

Sistem komplemen bersirkulasi di dalam tubuh manusia dan dapat mengenali adanya bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Proses aktivasi sistem komplemen dapat melalui tiga jalur klasik, jalur lektin, dan jalur alternatif. Jalur klasik diaktifkan oleh adanya antibodi yang terikat pada bakteri. Jalur lektin diaktifkan ketika berikatan dengan protein yang mengandung residu manosa yang ditemukan pada beberapa jenis bakteri. Sedangkan jalur alternatif diaktifkan ketika protein komplemen mengikat secara langsung pada dinding sel atau komponen permukaan bakteri. Hasil akhir dari aktivasi sistem komplemen adalah membentuk MAC (membrane attack complex) pada dinding sel bakteri yang menyebabkan lisisnya bakteri dan kematian bakteri.

Inflamasi menjadi respon saat terjadi infeksi bakteri yang masuk ke dalam sel tubuh manusia. Adanya agen asing tersebut biasanya memiliki suatu penanda yang disebut dengan PAMP (pathogen associated molecular pattern) yang dapat dikenali oleh reseptor yang dimiliki oleh tubuh yaitu PRR (pattern recognition receptors). Setelah tubuh mengenali adanya agen asing yang masuk yang ke dalam tubuh, respon pertama diperankan oleh sel mast yang mengeluarkan histamin, sebagai vasodilatasi, dan heparin, sebagai antikoagulan. Akibatnya akan terjadi peningkatan permeabilitas vaskuler dan peningkatan aliran darah menuju tempat terjadinya perlukaan, serta akan muncul tanda-tanda peradangan seperti kemerahan, bengkak, panas, rasa nyeri, dan gangguan fungsi. Sel mast juga akan mengeluarkan berbagai macam sitokin dan kemokin proinflamasi untuk menarik sel neutrofil dan makrofag menuju sumber perlukaan. Sel makrofag berfungsi untuk membunuh bakteri dengan cara menelannya. Setelah bakteri ditelan oleh fagosit, bakteri dibunuh melalui berbagai proses yang terjadi di dalam sel, dan dipecah menjadi fragmen kecil oleh enzim. Fagosit menyajikan fragmen tersebut di permukaan selnya melalui molekul class II major histocompatibility (MHC kelas II). Sementara neutrofil juga memiliki kemampuan fagositosis seperti sel makrofag. Selain itu sel neutrofil mampu mengeluarkan granul-granul yang bersifat antimikroba, serta dapat mengeluarkan NETs (neutrophill extracellular traps) sebagai perangkap bakteri.

Sel-sel fagosit dapat bertindak sebagai sel APC (antigen presenting cell) yang menjembatani antara imunitas bawaan dan imunitas adaptif. Sel APC kemudian akan bergerak menuju organ limfoid sekunder untuk mengenalkan antigen ke sel-sel T dan sel B dan mengaktifkannya. Aktivasi sel B menyebabkan sel B mampu mengeluarkan antibodi. Antibodi bekerja untuk membunuh bakteri melalui tiga cara, yaitu netralisasi, opsonisasi, dan membantu aktivasi komplemen. Netralisasi bakteri yaitu penempelan antibodi pada sekeliling bakteri yang mengakibatkan bakteri menjadi sulit bergerak sehingga tidak dapat menyebar dan memasuki jaringan lain. Opsonisasi dari antibodi menyebabkan bakteri menjadi lebih mudah dikenali oleh sel-sel fagosit karena telah dikelilingi oleh antibodi.

Respon dari sel T yang teraktivasi kemudian mampu mengenali sel-sel yang didalamnya telah terinfeksi bakteri (bakteri intraseluler). Sel-sel yang terinfeksi bakteri mengekspresikan molekul MHC kelas I akan berikatan dengan reseptor sel T CD8. Kemudian sel T tersebut akan mengeluarkan perforin untuk membuat lubang pada sel yang terinfeksi tersebut untuk memasukkan sitokin-sitokin yang dapat melisiskan sel dan membunuh bakteri, misalnya granzymes dan granulysin. Sebagian dari sel B dan Sel T yang teraktivasi juga dapat berdiferensiasi menjadi sel B dan sel T memori yang tetap hidup di organ limfoid untuk mempercepat respon imun ketika terjadi infeksi berikutnya.

 

Referensi:

MURPHY, K., TRAVERS, P., WALPORT, M., & JANEWAY, C. (2017). Janeway's immunobiology. New York, Garland Science.


No comments:

Kami mengharapkan komentar dan kritikan yang membangun, ..